Aku , Febria. Anak bungsu Perempuan yang mempunyai harapan tinggi yang ditemani proses, dan di iringi do'a. Aku sangat suka mencoba hal baru dan terbilang cukup nekat karena kali ini aku suka dengan bela diri salah satunya Taekwondo. Lelah sudah menjadi isi dari perjalananku, tapi senyuman akan selalu menjadi coverku. semoga semesta senantiasa ceria, setidaknya tidak jahil kepada makhluk yang takut menunggu hari esok tiba.
Ku angkat 2 ransel berukuran sedang yang tergolek disudut kamar. Aku berfikir sejenak apa anak bungsu cengeng ini siap untuk melewati 4 hari kedepan sendiri dengan lokasi yang cukup jauh dari tempat tinggal.
Buru - buru kuhapus pikiran yang tak perlu. Aku melangkah keluar dari kamar. Sebelum menutup pintu, kulihat baik baik isi dalam kamarku, beserta untaian kenangan yang ada di segala benda dalam kamar ini. Ternyata meninggalkan zona nyaman bukanlah hal yang mudah untuk di lakukan.
Kututup pintu kamar. Hari ini, 25 agustus 2022, aku akan meninggalkan zona nyaman didalam rumah ini dan melangkah berharap untuk suatu kemenangan.
Derit gorden kamar di tengah rumah terbuka, seorang wanita berjalan keluar mendekatiku, wajahnya tidak lagi muda, namun selalu cantik bercahaya setiap kali tersenyum, yaa itu adalah Mama. Hanya Mama yang aku lihat karena Ayahku merantau dan 2 kaka ku sudah menikah, hanya bisa mengabari dan meminta doa lewat ponsel saja yang bisa aku lakukan.
Mama mewanti - wanti diriku yang kerap kali terkena penyakit maag ini agar selalu menjaga pola makan selama aku disana. Aku mengangguk , meminta doa ,memeluknya dan meyakinkan bahwa anak bungsu nya ini akan baik baik saja. Ku peluk tubuhnya sangat lama memberi tanda bahwa beliau tidak perlu khawatir. Setelah berpamitan, aku memutuskan untuk pesan Gojek untuk mengantarku ke tempat perkumpulan yang sudah ditentukan. Di saat aku pergi lambaian tangan menyertaiku. Ku simak baik baik wajah Mama. Wajah inilah yang akan aku rindukan.
"Nanti kalau udah sampai kabarinn yaa" ujarnya
Ditemani pagi yang sangat sejuk aku tiba di mesjid Al-Barokah pn kertas, kita semua berkumpul, Sabeum memberi arahan kepada kami agar kami harus selalu kompak, Sabeum adalah sebutan untuk pelatih di Taekwondo, tak lama kemudian kami pun berkemas memasukan semua barang bawaan ke dalam bagasi, kami pun berangkat.
TANGERANG I'M COMING!! :)
Di perjalanan semua sangat bahagia di selimuti dengan kehangatan dan keharmonisan dalam suatu team, diiringi dengan lagu yang mengiringi perjalanan kami.
Ditemani panas matahari yang makin beringas, aku tiba di penginapan Griya Anabatic, satu penginapan yang ada di Tangerang.
Semua orang menempati kamarnya masing -masing yang sudah ditentukan oleh Sabeum, 1 kamar ditempati oleh 4 orang, semuanya lancar, ada yang langsung beristirahat, merapihkan bawaannya serta ada yang kesana kemari untuk mengurusi suatu hal.
Malam pun tiba, ku tempati balkon sembari melihat cahaya lampu yang ada di setiap rumah dari kejauhan, aku pun mulai merenung dan merasa bersyukur aku bisa ada di tempat ini.
"Ya allah sungguh indahnya ciptaanmu" ujarku dalam hati
Tak lama aku pun memasuki kamar kembali dan tertidur.
Keesokan hari nya jam 04.00 ponsel ku berdering dan ternyata itu dari Sabeum, Sabeum memberi tahu bahwa sesudah sholat subuh akan ada latihan.
"Bangunn... latihan! Coba lihat keluar udah ada yang latihan" Ujarnya
Aku dan teman-teman pun terkejut karena memang tidak ada pemberitahuan sebelumnya dan ini pengalaman pertama ku latihan di waktu subuh dimana biasanya aku masih leha-leha. Kami pun bergegas untuk bersiap, melaksanakan sholat dan langsung menuju kebawah untuk latihan. Setelah latihan kami pun bersiap untuk menuju tempat pertandingan, sebagian bertanding dan sebagian menjadi supporter.
Latihan sesudah sholat subuh dan sore sesudah sholat ashar akan menjadi kebiasaan baru kami selama disana.
Singkat cerita, hari pertama sampai hari ke 3 semua berjalan lancar, Â sebagian teman teman ku sudah bertanding, besok 28 Agustus 2022 adalah giliranku. Doa tak henti aku panjatkan, usaha tak henti aku lakukan.
Hari yang kutunggu pun datang, aku bersiap untuk melangkah kaki ini ketempat pertandingan. Aku melihat di tempat ini semua orang berharap akan kemenangan, namun hanya sebagian yang bisa mendapatkannya. Betapa kecewanya jika diri ini kalah karena waktu sekolah, tidur, rasa sakit, sudah kami korbankan. Betapa penting nya menanamkan kepada diri ini hati yang ikhlas.
Tak terasa ternyata sebentar lagi sudah giliran ku, rasa cemas, menghantui ku tapi aku berusaha menenangkan diri dengan sebuah coklat.
Pertandingan pun di mulai, aku melawan seorang wanita dari club yang memang aku akui hebat, disiplinnya tinggi, dan rajin, club ku pun tak kalah hebatnya namun usahaku saja yang belum maksimal.
Hasil dari pertandingan aku kalah poin yang aku dapat hanya 22 dan lawan ku 30, kebetulan aku hanya main 1 kali biasanya bisa sampai 2 sampai 3 kali. Aku mendapatkan juara 2 dengan mendali perak. Aku  menyesal namun aku berusaha ikhlas, karena aku bercermin bahwa usahaku tak sebesar usaha beliau, karena aku menyaksikan sendiri bagaimana metode mereka berlatih, aku akui aku kalah karena mendapatkan juara 2 karena menurutku dan targetku adalah juara 1.
Hari itu adalah hari terakhir pertandingan, setelah selesai pertandingan kami pun kembali ke tempat penginapan dan mengemasi barang-barang yang akan di bawa pulang.
Terulang kembali sebelum menutup pintu, kulihat baik baik isi dalam kamar, beserta untaian kenangan yang ada di segala benda dalam kamar ini. Tak terasa aku sudah harus meninggalkan tempat ini , tempat dimana yang memberikan banyak pelajaran, ternyata perjuangan aku ini belum ada apa apanya, karena diluar sana ada yang lebih hebat dan perjuangannya pun tak kalah hebatnya.
Setelah selesai berkemas kami pun kembali meletakkan barang bawaan kami di bagasi, sebelum masuk ke dalam bus dan menempati kursi, Sabeum memanggil semua para atlet untuk berkumpul, dan kami para atlet pun tertunduk diam bahkan sampai ada yang menangis, Sabeum hanya mengevaluasi dan membuat kami sadar betapa pentingnya disiplin, rajin, serta mengurangi mengeluh saat berlatih dan masih banyak lagi.
"Sabeum gamau tahu pokoknya setelah ini kalian harus minta maaf ke orang tua kalian" ujarnya
Kami lakukan sesuai perintah Sabeum, sembari air mata membasahi pipi, ntah apa yang membuat aku menangis sebegitu deras, sehingga bernapas pun terasa sulit.
Bus pun memutarkan rodanya, perlahan-lahan meninggalkan jejak-jejak yang sebelumnya pernah ku injak. Lagi-lagi aku harus meninggalkan zona nyaman kembali, walaupun disini aku harus hidup mandiri dan jauh dari mama namun ini lah salah satu yang aku impikan, fokus ke titik yang akan ku kejar tanpa memikirkan hal lain.
Diperjalanan pulang ku dibaluti dengan rasa kecewa, dan renungan mambawa rasa sakit karena kakiku cedera, bukan tidak bersyukur, tapi perjuanganku tak sebanding dengan perjuangan orang tua ku yang berusaha memberangkatiku.
Suasana bus pun tidak seperti saat kami berangkat menuju Tangerang yang begitu hangat, perjalanan ini sangat berbeda dengan ditemani keheningan, walaupun sama di iringi dengan sebuah lagu namun vibes yang aku rasakan berbeda, mungkin memang karena sudah lelah.
Ditemani dengan awan yang sudah menggelap, akhirnya kami pun tiba di Padalarang, semua orang pulang kerumahnya masing masing, akhirnya aku pun bisa melihat kembali wajah yang selama ini aku rindukan.
Sesampainya dirumah, aku mengobati kakiku, cukup menyakitkan. Setelah itu aku memutuskan untuk memberesi perlengkapan sekolah ku karena besok aku harus kembali sekolah, semua nya sudah selesai, sebelum beristirahat aku meminta maaf kepada mama karena tidak bisa memberikan hasil yang maksimal.
"Mah... maafin aku yaa, aku kalah" ujarku sembari mencium tangannya dan lagi-lagi air mata mengalir begitu deras
"Gapapa, bukannya juara 2 kan? Udah gapapa, kalah menang kan udah biasa, lagian juara 2 kan udah menang" ujarnya