Memang semangat kebersamaan kita seluruh muslim saat ini sedang diuji sebagai suatu kesatuan yang utuh dimuka bumi namun itu semua merupakan perjuangan panjang umat islam dalam menjaga solidnya kebersamaan diantara mereka.
Terlepas dari hal tersebut diatas sedikit kita bergeser ke wilayah timur indonesia tepatnya dimana warga bugis makassar berdiam saat ini. Bugis-Makassar adalah kelompok masyarakat yang saat ini menghuni kepulauan sulawesi tepatnya Sulawesi Selatan. Memang mungkin sedikit banyaknya masyarakat indonesia sudah mengenal bahkan berkunjung ke Sulawesi Selatan yang lebih terkenal dengan makassar atau toraja. Hal ini disebabkan karena kedua kota ini adalah potensi terbesar wisata di sulsel saat ini. namun tidak menutup kemungkinan daerah yang lain akan ikut juga menyajikan potensi wisata di daerahnya.
Disamping budaya yang menarik yang biasa disajikan masyarakat sulsel, terdapat pula kebiasaan atau lebih tepatnya ritual yang biasa dilakukan oleh masyarakat sulsel pada umumnya di awal tahun Hijriah. Sama seperti kebudayaan jawa yang biasa dilaksanakan menyambut tahun baru Islam namun terdapat perbedaan dari segi pelaksanaan. mungkin kalau kita melihat ke budaya masyarakat jawa, mereka mengadakan acara bersama yang dipandu oleh keraton atau tokoh-tokoh adat setempat. Yang mana budaya membagi-bagikan hasil pertanian kepada seluruh masyarakat merupakan ritual yang mesti dilakukan oleh para tokoh atau raja di pulau jawa yang tetap berlangsung hingga saat ini.
Hal yang hampir sama ketika kita melihat budaya masyarakat Bugis-Makassar yang dilakukan ketika menyambut 10 Muharram pada tahun baru Islam. mereka beramai-ramai mengunjungi pasar tradisional ataupun pasar modern yang saat ini telah marak di sulsel. mereka berbelanja hal-hal yang merupakan kebutuhan rumah tangga yang dianggap penting. sama halnya dengan kebiasaan yang dilakukan masyarakat jawa, masyarakat bugis-makassar setiap tahunnya melakukan hal yang sama. dan setiap tanggal yang sama dalam kalender islam hal ini menjadi suatu tradisi yang turun temurun. kebanyakan yang diamati dari apa yang mereka lakukan sepenuhnya adalah ritual yang menjadi tradisi para orang tua yang kemudian diturunkan ke generasi selanjutnya.
Barang-barang yang menjadi incaran adalah wadah yang biasa digunakan menampung air. Entah apa alasannya yang jelas menurut cerita orang-orang yang biasa mengikuti ritual ini adalah hal yang sifatnya berfingsi sebagai tempat air seperti ember, gayung, ketel air minum dan masih banyak lainnya yang merupakan kebutuhan rumah tangga.
Fenomena ini pula yang kemudian menjadi emikat para pengusaha atau pedagang tradisional ataupun modern di sulsel keika menyambut 10 muharram. mereka terkadang memperoleh untung besar dari proses yang berlangsung tiap tahun ini. banyak pedagang di sulsel pada umumnya merasakan senang ketika akan tiba saatnya kebiasaan ini berlangsung. Bahkan terkadang pasar modern pun tak mau ketinggalan dapat budaya ini dimana mereka biasanya juga memberi diskon khusus terhadap barang-barang yang menjadi incaran para konsumen ini.Suatu kebiasaan yang memang menarik yang dilakukan apalagi mengingat unsur budaya juga banyak berpengaruh terhadap penyebaran islam di Indonesia masa lampau yang mungkin salah satunya adalah kebiasaan yang seperti dilakukan masyarakat Bugis-makassar ketika menyambut 10 Muharram atau lebih tepatnya tahun baru Hijriah.