Walau kau berlalu dengan wajah berang
Seusai kau lontarkan kalimat perang
Jrengggg...,motor bututmu melaju menerobos siang
Kau acuhkah suaraku yang tengah memelas! Sayang
Tapi tak apa kelakuanmu itu..., kan selalu ku kenang
Tuk membunuh sejenak pening yang mengadang
Tuk..., lupakan luapan hati yang kian meradang
Oya..., jangan lupa kau ku tunggu di waktu petang
Untuk bereskan amarah yang terkekang
Begitulah rayuan dari pahlawan hatiku yang mampir di ponselku siang itu. Namun, aku mengacuhkannya..., rasa bersalah terus menghantuiku. Saat malam menumpahkan sunyi bahkan buaian sepi..., aku tak bisa tertidur. Ingin kubuang jauh beban pikiran akibat selisih paham tadi siang itu..., tapi aku tak bisa! Akhirnya..., kuraih ponselku lalu kukirim balasan singkat namun menentramkan hati. “Wahai pahlawan hatiku seorang! rayuanmu membuatku menyerah dalam perang ini! Esok kita jumpa untuk menyelesaikan amarah yang terkekang ini! Salam sayang dariku.” Begitulah pesan singkatku. Akhirnya..., beban pikiranku hilang! Rasa kantuk pun menyerang.