Di bawah langit Singkawang yang terik, keringat wanita tua itu terus mengalir tiada henti. Tangannya asyik membersihkan sayuran segar yang terjejer rapi di atas meja jualannya yang sempit. Maklum, sepetak kecil itulah yang mampu dibayarnya. Bibirnya pun dengan lincah menyerukkan kepada setiap pelanggan yang lewat untuk singgah ke lapak sayurnya. “Ayo...sayurnya, Bu! Sayurnya, Pak! Semua segar...sayur...sayurrrr...!” teriaknya dengan penuh semangat.
KEMBALI KE ARTIKEL