Mohon tunggu...
KOMENTAR
Pendidikan

Generasi Milenial Perlu Belajar Pemikiran dan Peradaban Islam

31 Oktober 2023   15:11 Diperbarui: 31 Oktober 2023   15:18 88 0

Perlunya generasi sekarang belajar dan memahami secara terus-menerus tentang pemikiran dan peradaban islam agar teraktualisasi dan membumi secara baik dan kontinyu. Demikian disampaikan oleh Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Kalijaga Prof. Dr. Hj. Marhumah, M.Pd. dalam memberikan pidato kunci pada acara seminar Pemikiran Dan Peradaban Islam yang dilaksanakan oleh prodi Pengembangan Masyarakat Islam Fakultas Dakwah dan Komunikasi (FDK) UIN Sunan Kalijaga dan Universitas Darussalam (Unida) Gontor, Senin (30/10) di Teatrikal FDK UIN SUKA Yogyakarta.

Pada kesempatan ini Dekan menjelasakan bahwa memang dalam perkembangan pemikiran Islam terdapat dua arus utama yang dibagi dalam pemikiran klasih dan modern. Pada tataran klasih ini banyak tokoh yang telah berkontribusi dalam mengkonstruksi bangunan pemikiran dan peraban Islam dan tercatat secara baik, seperi Al- Shafi'I (204 H/802 M).

"Sebagai salah satu contoh yang  menguatkan dan menkonstuksi pemikiran islam berlandas pada teks yang ada, serta paradigmanya positivistik (pemahaman berdasar analisis kebahasaan).Kerangka epistemenya pun berkisar antara bayani, dan burhani." kata Marhumah.

Marhumah menggarisbawahi pemikiran klasik ini lebih mengarahkan pada "The Original Meaning" artinya sangat kuat mempertahankan makna yang terkandung dalam teks.

Prof. Marhumah mengatakan berbeda dengan pemikiran modern, pada pola pemikiran ini mencoba mengkonstruksi pemikiran dengan mendialogkan antara apa yang ada dalam teks dengan realitas  dan konteks dimana sebuah teks diturunkan, maka kontekstualisai makna menjadi sangat penting.

"Salah satu tokoh dalam pemikiran modern ini adalah Fadzlurrakhman (1337H/1919M. ) metode yang ditawarkannya teori double movment, teori gerak ganda, yakni tiga aspek yang terkait, antara teks, konteks dan kontekstualisasi. Dari pemikiran beliau sangatlah penting untuk mendialogkan antara ketiga hal diatas." tutur Marhumah.

Marhumah menyimpulkan dari dua contoh pemikiran tersebut berimplikasi pada banyak hal, terutama pada tatanan kehidupan, istimbathul hukum dalam memproduksi hukum serta pengaruh signifikan terhadap produksi dan reproduksi ilmu pengetahuan.

"Kita berharap kedua pola pemikiran ini harus dipahami oleh mahasiswa, di awal kita mempelajari peta jalan pemikiran Islam dan implementasinya pada keilmuan-keilmuan yang lain, misalnya psikologi, sosiologi, pengembangan masyarakat, komunikasi, manajemen dan ilmu-ilmu lain" pungkas Marhumah menutup sambutannya.

Sementara itu hadir pemateri perwakilan Program Kaderisasi Ulama (PKU) Universitas Darussalam (Unida) Gontor adalah Sri Riyanti, Muhammad Reza, S.Sos dan Randy Wahyudi.

Randi Wahyudi yang memaparkan materi tentang Kritik Konsep Produksi Neo Kapitalisme Dan Dampak Ekologi yang mengacu pada Ekonom Muslim yang hidup pada abad ke-8 M yakni al-Syaibani menjelaskan tujuan produksi tidak hanya untuk mencari keuntungan, harta

kekayaan dan materil lainnya. Namun tujuan aktivitas tersebut untuk mencari ridha Allah Swt dan mencapai kemaslahatan manusia. Hadirnya konsep maslahat memberikan tujuan produksi kepada kebaikan bersama, baik itu kesimbangan selft interest dengan public interest dan balance of nature.

Keterangan tersebut dikutip dari kitab karangan Al-Syaibani yang banyak berbicara tentang ekonomi yaitu al-Kasb (bekerja) sehingga bermunculnya pandangan secara menyeluruh ruang lingkup ekonomi yaitu Produksi, distribusi dan konsumsi.

Sementara itu Muhammad Reza membahas Problem Humanisme Dalam Komunikasi Intrapersonal yang mengambil kajian dari Imam Al Gazali yang menyatakan pola komunikasi manusia ada tiga hablum minallah (hubungan manusia dengan sang pencipta), hablum minannas (hubungan Sosial, manusia dengan manusia) dan hablum minal 'alam (hubungan manusia dengan alam).

Dengan dasar pemikiran Imam Al Gazali menurut Reza pemikiran seorang individu berlandaskan syariat agama. Tidak hanya berlandaskan nilai-nilai kemanusiaan saja tetapi juga teosentris. Tidak hanya mengedepankan rasa empathy tetapi memiliki rasa kepemilikan tali persaudaraan "Ashabiyah" atau menganggap manusia lain adalah saudaranya. Contoh muslim dengan muslim lainnya adalah saudara, muslim dengan non muslim adalah saudara dalam kemanusiaan.

Sedangkan Sri Riyanti mempresentasikan materi tentang Hedonisme Dan Problem Makna Kebahagiaan, menurut ia kebahagiaan menurut orang hedonis adalah kebahagiaan yang bersifat material saja dan tidak percaya pada kebahagiaan yang metafisik. Sedangkan dalam Islam kebahagiaan juga dilihat dari aspek spiritual dan Islam percaya terhadap kebahagiaan-kebahgiaan yang metafisik.

Dengan memahami konsep kebahagiaan Islam yang haqiqi, maka kita akan terhindar dari idelogi hedonisme itu sendiri. Seperti yang dikutip dari karya Imam Al Gazali dalam kitab Misan al amal yang menjelaskan kebahagiaan ada dua macam yaitu kebahagiaan haqiqi dan kebahagiaan majazi.

Program Kaderisasi Ulama (PKU) merupakan program intensif yang diadakan Pondok Modern Darussalam Gontor bekerja sama dengan Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan Yayasan Dana Sosial al-Falah Surabaya (YDSF), yang berupaya membangun cendekiawan Muslim yang mampu menguasai permasalahan kontemporer. Program ini dilaksanakan di kampus Unida Gontor selama 6 bulan dengan rincian lima bulan kegiatan akademik dan satu bulan seminar paper di lembaga pendidikan se-Jawa. (kh)

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun