Mohon tunggu...
KOMENTAR
Cerpen

'Terima Kasih' Aku Merindu

11 Juni 2013   17:45 Diperbarui: 24 Juni 2015   12:12 102 0
Heyo, apa kabar?! Maaf ya baru nge-post lagi. Soalnya lagi sibuk memandang biru laut dan langit yang berbeda namun seakan menyatu. Pantulan matahari pagi berserakan di mana-mana seperti kilat di pagi hari. Kerasnya riak yang menerpa di tambah gemuruh suaranya menggetarkan pijakan ku.

Petikan gitar di bibir kapal yang tentunya komplit dengan secangkir hangat kopi pagi ini menambah solid irama ku. Seduhan kopi yang semakin dalam sedalam gelas kosong yang cukup mengheningkan tegukan ku. Sesekali ampas pahit yang tadinya manis menyangkut di sudut bibir, yang sayang kali ini harus aku jilat sendiri.

Layaknya jemari harimonika solo mendebarkan pilu di kalbu. Layaknya pencitraan Yin dan Yang kembali melebur menjadi satu. Desir pasir gersang tak nampak. Pepohonan kering singgap lenyap tertinggal di sana. Aku dimana aku tak tahu. Aku dengan siapa aku sendiri.

Menatap kedepan yang entah untuk apa aku menatap. Terdiam terbelenggu namun tak benar terdiam.

Perjalanan kali ini tentunya tak sejalan. Berlayar dengan kapal laut besar yang mengiring ku pergi jauh dari segala apa yang ku inginkan di sana. Harus terpisah bukan karena keputusan. Harus terpisah melainkan karena keadaan yang sama sekali tak aku pahami.

Rasa rindu yang bahkan overdosis tapi bukan kepada orang yang merindukan ku. Bayang-bayang abjad yang menyatu entah mengapa melukis tabur nama mu. Memejamkan mata yang kembali terbayang wajah mu. Lamunan terpatah saat mendengar bisikan rindu darimu. Hah! Ternyata hanya mimpi.
-
"Sampai kapan kamu begini!"

"terus mau kamu apa?"

"Kamu egois!"

"pikir saja sendiri!"

Suara teriakan perempuan di belakang ku.

Aku sering mendengar kata-kata itu. Tentunya, untuk mereka yang 'sedang' tak sejalan. Dalam sebuah hubungan, pertengkaran kerap kali terjadi. Seperti halnya dari pihak perempuan yang mengharapkan perhatian lebih dari pasangannya namun gengsi untuk memulainya. Atau dari pihak laki-laki yang ingin dihargai pasangannya tanpa berusaha sedikitpun. Semua itu wajar. Pertengkaran itu wajar. Karena memang, cinta itu amarah.

Seiring derai air mata yang mengalir. Seiring lanturan kata kasar yang terucap. Bentakan dan teriakan tentunya atas dasar 'takut kehilangan'. Pertengkaran memang sering terjadi, tapi tidak bagi kata 'cukup sampai di sini'. Beberapa kali kata maaf dilanturkan. Beberapa kali memaafkan menghapus gundah di hati. Bukan karena ia bodoh. Bukan karena ia pasrah. Kasih sayang yang tentunya melekat kuat cukup memaafkan semuanya. Kasih sayang juga yang tentunya mampu mengusap lembut air mata yang mengalir.

"Jangan gitu lagi ya. Aku sayang kamu"

Entah mengapa, kesempatan terus saja ada. Walau kerap kali terulang dan terulang lagi, kesempatan itu tak hentinya ia berikan. Ialah wanita. Yang berharap kamu kembali ke jalan yang lebih baik dengannya. Bekas tamparan di pipi tak mampu menahannya untuk berkata "aku maafkan kamu". Bengkak tangis matanya yang tetap sabar menunggu mu untuk berubah. Santun kasih sayang yang terucap cukup melawan kasar teriak ke egoisan mu. Tapi tetap saja itu salah.

Seberapapun pengorbanan mu. Seberapa lamapun kamu menunggu. Semuanya tidak akan berubah tanpa komunikasi yang jelas.

"ya udah aku mengalah. Aku yang salah. Aku diam"

Boleh, itu cukup menghentikan semuanya. Tapi tidak selanjutnya.

Sebuah komunikasi tentunya sangat penting di sini. Sebuah penjelasan lengkap tanpa memikirkan gengsi perlu di ucapkan. 'Aku kan cewe, gak mungkin aku memulai duluan'. Gengsi atau egois yang jelas itu menyiksa diri sendiri. Untuk seorang yang kamu sayangi. Untuk seorang yang kamu harapkan dapat membahagiakan mu kelak. Saling memberi tahu dan terbuka tentunya sangat penting.
-
"boleh aku duduk di situ?" tanya wanita itu sambil menunjuk tempat kosong di seblahku.

"ohiya, silahkan" kata ku sambil menghentikan petikan gitar.

"makasih." ucapnya tersiak nangis.

"nih." kata ku menyodorkan segelas teh yang belum aku minum tadi.

"gak usah, makasih." katanya mulai berhenti menangis.

"nangis aja kalau emang sakit" hiburku

"untuk apa menangisi orang yang jelas tidak peduli sama sekali!" katanya lancang.

"ohya? Aku juga gitu kok. Rindu sama orang yang jangan kan rindu, dia saja bukan siapa-siapa aku." kata ku

"bodo amat kamu" katanya singkat

"hahah nggak, inilah cinta" kataku

Dia menatapku kosong. "ee..emang, cinta itu apa?" tanya-nya terbata.

"cinta itu, air mata pengorbanan." kataku

"Pengorbanan bagaimna?" tanya-nya lagi.

"iya kaya gini. Terkadang kita harus menangis tersiak merindukan seseorang yang terdiam di sana. Terkadang kita harus menunggu sesuatu yang semu yang menjanjikan kebahagiaan yang tidak pernah terwujud. 'untuk apa nunggu?' itulah pengorbanannya" jawabku

"tapi dia egois!" ucapnya keras sambil meneteskan air mata.

"egois dalam bentuk apapun, itu perhatian atas nama takut kehilangan. Contohnya, dia nggak ngebiarin kamu kemana-mana tanpa dia atau tanpa sepengetahuan dia. Iya karena dia takut kalau kamu kenapa-napa. Selama dia egois, dia sayang kok sama kamu. Mungkin perkataanya yang bercampur emosi yang kamu tidak suka" kataku

"aku sayang sama dia, tapi dia cuek aja. Aku pergi juga dia nggak bilang kangen. Tandanya dia gak sayang kan!" katanya lagi

"mungkin saja dia sibuk, atau mungkin saja dia kangen tapi gak ada kesempatan untuk ngehubungin kamu. Yang kangen kan kamu. Coba deh bilang duluan" kata ku

"eh, aku kan cewe! Untuk apa?!" katanya

"ya terus apa salahnya? Sekarang kamu gak bilang kangen ke dia, berarti dia juga bisa dong nganggap kalau kamu gak kangen."

"dan lagi, Dia juga bisa nganggap kamu yang enggak-enggak. Kamu selingkuhlah, kamu udah gak sayanglah. Banyak, karena komunikasi kalian berdua saling menunggu" Lanjutku

"eh, kok jadi gini" katanya mulai berhenti menangis.

"coba kamu yang mulai" kataku

"caranya gimana? Aku belum pernah mulai duluan sama cowo" katanya

"jalanin aja, itu kebiasaan kok" kata ku singkat.

"iya deh nanti. Eh nama kamu siapa? Aku Putri" tanya-nya

"haha. Cepet banget yah?" kataku

"ma..maksudnya?" tanya-nya heran.

"katanya nggak pernah mulai duluan. Nah, itukan namanya mulai duluan." jawabku

"oh iya yah. Eh jadi malu" katanya

"nggak apa-apa. Namaku Fahry" jawabku

"kaya gitu yah?" tanyanya

"iya. Masa sama aku yang belum kamu kenal sama sekali udah berani perkenalkan diri duluan. Sedangkan sama pacar sendiri bilang 'kangen' aja sampai bertengkar. Coba deh difikir" kata ku

"tadi gak kepikiran tau" jawabnya

"ya makanya itu, Cinta ngak usah difikir-fikir" kata ku kemudian.

Senja tiba. Kicauwan burung mulai terdengar. Riuh ombak di bawah sana bertabur indah warnanya. Langit memudar segera berganti kisah. Layaknya terjun ke ubun-ubun sejuk nanluas, daratan pijak mulai nampak di sana. Lambaian tangan nelayan dengan jala di bahunya menyambut hangat kedatangan ku. Lempar jangkar tarik jangkar. Segera bersandar di daratan datar.

Entah apa di depan sana, entah bagaimana keadaanya. Aku harus segera memijaknya. Riuh keramaian turun dari atas kapal. Jemari menguat mengenggam tas koper yang aku bawa. Terlihat jelas kedua orang yang berpelukan rindu di tengah sana. Segera menatap ku dari ke jahuan dan berkata 'Terimakasih'.

Ku raih foto di kantung jaket ku. Kini bukan lamunan, kini bukan hiburan. Tapi sungguh aku merindukamu. Walaupun, aku bukan siapa-siapa untukmu. Sambil mengusap seyum indah mu aku bertanya "Kapan kita bisa seperti mereka?"

Sang fajar stengah mengintip. Sunset tiba, gelap mulai merayap. Hitam orange, melukis kisah di atas sana.

Sebuah hubungan yang entah bagaimana kabarnya. Sebuah cinta yang entah segera berlabuh dimana. Tujuan ku jelas, jangkauan ku tajam. Aku mencinta, namun dicinta atau bagaimana aku belum tahu.

Ku tatap mereka sambil terseyum. Mungkin akan ada waktu untuk ku suatu saat nanti. Mungkin akan ada kebahagiaan untuk ku dengan mu nanti. Bahkan, semenit sebelum aku mengehembuskan nafas terakhir. Andaikan itu semua sudah terwujud. Aku yakin, aku akan senang.

Ucapku erat mengenggam foto mu.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun