Desir angin pagi yang menerobos jendela kamar tak mampu mengusir rasa lelah yang menyelimuti tubuh Renata. Matanya yang sembab menatap sayu bayangannya di cermin rias. Lagi-lagi masalah datang menghampiri. Baru saja ia merasa hari ini akan berjalan dengan tenang, sebuah pesan singkat dari Bu Ratna, ketua arisan kompleks, menghancurkan ketenangannya. "Renata, kamu tidak bisa mengikuti aturan? Kenapa selalu membuat keributan? Sudah jelas giliranmu membawa kue, tapi kamu malah lalai!" bunyi pesan itu begitu menusuk hati. Renata menghela napas panjang. Ia sudah sering mengalami hal seperti ini. Entah mengapa, ia selalu terjebak dalam konflik, seolah ada kekuatan gaib yang menariknya ke dalam pusaran masalah. Padahal niatnya selalu baik, ia ingin membantu, namun hasilnya selalu bertolak belakang dengan keinginannya.
KEMBALI KE ARTIKEL