Akulah sang Kancil. Di hadapanku si Python. Di pepohonan itu, python siap menelanku. Ia melilit batang pohon itu dalam diam. Begitu pula kepalanya, diam menatapku. Tenang dan elegan. Hanya lidahnya yang bercabang dua itu terus mendesis.Â
KEMBALI KE ARTIKEL