Pernah suatu kali, saya melihat koran (mungkin tabloid) yang memuat cerpen saya tergeletak di dapur. Koran itu telah dijadikan alas alat masak oleh emak atau adik saya. Saya segera ambil dan masukkan kembali ke kardus besar; wadah buku-buku beserta arsip-arsip cerpen saya yang pernah dimuat. Entah nanti diambil lagi dan dipakai mereka buat nge-lap kaca atau wajan. Saya tak terlalu semangat menyelamatkan cerpen itu. Cerpen itu tidak terlalu bernilai buat saya. Cerpen itu dulu dibuat hanya untuk mendapat honor.Â
KEMBALI KE ARTIKEL