Kisah ini bermula ketika sel berukuran sebiji kacang diberi kehidupan, datang ke dunia tanpa membawa apa-apa namun memiliki secerca harapan. Ya benar, sebuah harapan akan kebahagiaan di masa mendatang. Kala sel berukuran kacang itu telah menghirup oksigen dengan lepas dan keberadaannya dapat dirasakan oleh alam semesta, tak lagi terjerat oleh plasenta yang pernah melilit sekujur tubuhnya. Sayangnya, anak kemarin sore yang baru lahir itu harus berpisah dengan inangnya, bahkan sebelum dia bisa menapakkan kaki mungilnya dengan kokoh di tanah. Tapi, salah! Inang yang kumaksud bukanlah ibu, melainkan ...
KEMBALI KE ARTIKEL