Mohon tunggu...
KOMENTAR
Ilmu Sosbud Pilihan

Idul Adha di Masjid Pathok Negoro Plosokuning: Tradisi, Kebersamaan dan Sumbangan Sultan

17 Juni 2024   19:11 Diperbarui: 17 Juni 2024   19:35 81 2
Dalam sebuah desa kecil yang terhampar di bawah sinar mentari Yogyakarta, terdapat sebuah masjid yang menjadi jantungnya kebersamaan: Masjid Pathok Negoro Plosokuning. Pada suatu pagi yang cerah, tanggal 17 Juni 2024, desa ini diselimuti oleh kegembiraan yang luar biasa. Di jalanan yang tenang, muncul satu kejutan tak terduga: seekor sapi kurban, hadiah dari Sri Sultan Hamengkubuwana dari Kraton Yogyakarta, menghampiri masjid ini. Dengan langkah yang kokoh, sapi itu membawa tidak hanya berkah dagingnya, tetapi juga kehangatan dan kebersamaan yang memperkuat ikatan antara desa kecil ini dengan kemegahan Kraton.

Sejak pagi, suasana di sekitar Masjid Pathok Negoro sudah mulai sibuk. Warga desa Plosokuning, mulai dari bapak-bapak, ibu-ibu, pemuda, hingga anak-anak, bergotong-royong mempersiapkan pelaksanaan kurban. Kerja sama antar generasi ini menjadi pemandangan yang indah, mencerminkan kuatnya ikatan sosial dan semangat kebersamaan di tengah masyarakat. Sejak matahari terbit, kesibukan sudah terlihat. Suara riuh rendah perbincangan dan canda tawa mengisi udara pagi yang sejuk, menambah kehangatan suasana Idul Adha.

Bapak-bapak dan pemuda bertanggung jawab dalam proses penyembelihan dan pengolahan hewan kurban. Mereka bekerja dengan cekatan dan penuh kehati-hatian, memastikan setiap tahap penyembelihan dilakukan sesuai dengan syariat Islam. Tahun ini, terdapat total 13 ekor sapi dan sekitar 18 ekor kambing yang dikurbankan, menjadikan hari raya ini sebagai momen yang penuh berkah bagi warga Plosokuning. Proses penyembelihan dilakukan di area yang telah dipersiapkan dengan baik, dilengkapi dengan peralatan yang bersih dan memadai. Setelah penyembelihan, daging hewan kurban diolah dengan seksama, dipotong-potong, dan ditimbang dengan hati-hati untuk memastikan pembagian yang adil dan merata.
Ibu-ibu tidak kalah sibuknya. Mereka bersama-sama memasak hidangan untuk konsumsi para bapak-bapak dan pemuda yang bekerja. Aroma masakan tradisional yang menggugah selera tercium di seluruh pelosok desa, menambah kehangatan suasana Idul Adha. Hidangan-hidangan khas seperti gulai kambing, rendang sapi, dan nasi liwet menjadi menu utama yang dinikmati bersama. Selain itu, ibu-ibu juga membantu dalam proses pengemasan daging kurban. Mereka dengan telaten menyiapkan besek bambu dan daun pisang sebagai wadah pengemasan, menciptakan tampilan yang estetis dan ramah lingkungan.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun