Saya tidak begitu paham mengapa jamu yang dibuat oleh Buddhe cocok di lidah ini, padahal sejak kecil saya tidak begitu suka jamu, karena sudah punya stigma bahwa jamu itu pahit, rasanya aneh, dan lain sebagainya. Tapi yang saya ingat, kebiasaan minum jamu di KBB itu karena Istri berlanggan jamu Buddhe, jadilah saya ditawari dan mulai mencoba pelan-pelan.
Pernah saat awal bertemu Buddhe menawari, tapi saya tolak. Beliau bilang, "Jamu buatan Buddhe manis koq, bisa disesuaikan rasa pahit atau manisnya". Awalnya saya tidak begitu percaya, namun saat berani mencoba malah jadi ketagihan.
Awalnya, rasa jamu yang pahit dan pedas memang tidak selalu menyenangkan. Namun, seiring waktu, saya mulai merasakan manfaatnya yang luar biasa bagi kesehatan. Karena kebiasaan itu pulalah, saya selalu mencari jamu dorong atau gendong di pasar-pasar tradisional, atau tempat lainnya yang saya singgahi.
Selain suka jamu buatan Buddhe penjual jamu dorong, belakangan saya juga menjadi suka jamu buatan Buddhe (Kakak dari Almarhum Ayah) yang beliau sebut jamu pokka, atau ramuan rempah-rempah khas Madura. Setelah minum jamu buatan kedua Buddhe itu pula biasanya, saya merasa badan lebih segar, bahkan tak jarang buat tidur lebih berkualitas. Hehe.
Pengalaman Sehat dengan Jamu Dorong
Minum jamu dorong setiap hari telah memberikan banyak dampak positif bagi kesehatan saya. Tubuh saya terasa lebih fit dan berenergi, stamina rasanya menjadi lebih baik. Jamu ini juga membantu meningkatkan daya tahan tubuh saya, sehingga saya jarang terserang penyakit.Â