Jepang dalam perang dunia ke-2 telah porak-poranda oleh sekutu. Saat itu banyak sekali petinggi negera yang memilih hara-kiri (bunuh diri) karena tak kuat menanggung malu akan kekalahan yang telah diterima. Dengan segala keadaan yang ada, mereka harus bertahan dengan berbagai keterbatasan. Akan tetapi nyatanya, kebanyakan yang memilih mengambil ajalnya. Gelisahan yang diterima harus dihadapi oleh Jepang yang pada saat itu di ujung tanduk. Sang Kaisar Jepang, yang berjiwa kepemimpinan yang tegar sebagai negarawan berfikir berbeda dengan kebanyakan masyarakatnya dan para penggawa pemerintahan. Sang Kaisar bertanya “berapa guru yang masih kita miliki?”. Di tengah kegalauan yang dihadapi negara, betapa tenang pikiran seorang kaisar akan pentingnya posisi guru. *Dikutip dari buku “Self Empowerment, Seni Memberdaya Diri Bagi Para Pendidik Dan Pemimpin, Mengajar Tanpa Dihajar Stress, Berkarja Tanpa Beban Stress”