Tulisan terbit usai kunjungan dari Peking. Dalam surat kiriman yang bergandengan dengan salam Tahun Baru untuk Lie Tie Gwan tersebut, selain berbicara mengenai perintisan 'sastra revolusioner', Pramoedya bermanifestasi ihwal kerja-kerja sastra: yang dalam duduk soalnya, ketika politik kadung buntu, tak bisa menyelesaikan permasalahannya sendiri, maka sastra harus merebut panggung. Ia mengambil pimpinan. [1] Bukan untuk memotret atau memantulkan suatu kejadian -seperti bangun khayal awam pada umumnya- melainkan menapak langkah lebih luhur, "mengubah kenyataan-kenyataan hulu menjadi kenyataan sastrawi, yang membawa pembacanya lebih maju daripada yang mapan," tandasnya dalam tulisan yang berbeda.
KEMBALI KE ARTIKEL