Dengarkan gemuruh angin yang tanpa sesal jatuhkan daun dari tangkainya
Dengarkan tangkai bunga yang hampir copot karena diinjak lebah
Dengarkan juga lebah yang tanpa permisi menghisap madu dari bunganya
Lihatlah terik matahari yang begitu bebas memberi panas kulit-kulit pengamen di jalan itu
Lihatlah siang ini pun mereka tetap senang menangkap uang receh, walau diberi dengan dilempar
Lihatlah, siang ini teriknya begitu memukau, panas
Rasakanlah asinnya air laut yang tanpa peduli gelombang terjang rumah di depannya
Rasakanlah manisnya madu yang didapat dari bunga yang malang tadi
atau
Rasakanlah pahitnya obat penenang yang diminum pasien kanker paru-paru di pojok kamar rumah sakit jiwa
Dengar, Lihat, dan Rasakan...
Hebat ya, mereka tak pernah saling menyalahkan
Tetap satu kata pada janji jiwa bahwa memang hidup harus ada tawa
Walaupun tawa adalah tangis yang pura-pura, karena memang
tangis adalah tawa yang jujur.
belajar dari mereka:
Aku Tak Akan Menyalahkannya*
Cintaku adalah rasa asin pada lautmu. Matahari mengira ia bisa menguapkan aku dari engkau, mengawankanku di langit yang asing. Ia keliru, tapi biar saja, aku tak mau menyalahkannya.*
Aku tak mau menyalahkannya, telah datang dan pergi sesuka hatinya
Aku tak akan menyalahkannya telah buat hatiku mekar walau "sebentar"
Biarkan aku bersembunyi di balik senyum dari persimpangan jalan pertemuan dengannya.
This is me, and that is you
We are nothing together
Mari kita maafkan diri kita sendiri, agar damai, selamat, sentosa, dan diridhoi Allah Yang Maha Mengetahui.
Aku Tak Akan Menyalahkannya
_Fauziah Muslimah_
(04-06/05/2012)
*Diadaptasi dari Puisi Hasan Aspahani--Kompas, 29 April 2012