Bismillah...
Awal mengenalnya, sungguh aku sangat mengaguminya. Pagi di akhir 2010 menjadi awal pertemuan kami, di kelas baru semester ganjil di kampus baru juga. Dia sekarang temanku. Waktu terus berganti, hujan dan panas yang tak tentu menjadi saksi pergantiannya siang dan malam. 2011, aku sangat menyukai kepribadiannya. Di perempuan muslim yang baik. Muslimah yang menginspirasi.
Aku tahu dia mempunyai kemampuan menulis yang sangat baik. Karenanya aku pun banyak belajar. Aku tahu itu, karena aku pernah melihat pin besar bertuliskan nama sebuah organisasi kepenulisan yang terkenal di negara ini. Sungguh mengagumkan.
Sewaktu menempuh pendidikan di sekolah menegah atas, aku sangat ingin bergabung di organisasi tersebut. Tapi, inginku itu terhalang oleh biaya yang tidak mencukupi untuk ikut serta dalam berbagai acara di sana. Tak apalah, Allah sekarang pertemukan aku dengan dia. Pasti ku dapat banyak sekali pelajaran kepenulisan darinya. Semoga.
Tahun ini menjadi saksi keberuntunganku bisa berteman dengannya. Sungguh Allah Maha Mengerti. Alhamdulillah. Namanya Aisyah, sebut saja begitu. Aisyah baik sekali. Setiap ada tugas tentang jurnalistik, seperti menulis berita. Aku selalu minta pendapatnya. Aku juga tahu acara-acara perlombaan menulis yang suka ia ikuti melalui facebook. Aku jadi tepancing semangatnya menulis. Alhamdulillah. Aku mau jadi penulis. Aisyah, terimakasih.
Bulan terus berganti, dan hari terus menyapa dengan siang dan malamnya. Aku yang awalnya disinggahi virus galau karena menempati jurusan jurnalistik yang memang bukan pilihan hatiku yang sangat ingin menjadi apoteker ini. Oh, hati jangan galau lagi. Tahun ini, sungguh tahun inilah, aku sangat bersyukur pada Allah, karenaNya telah memilihkan pilihan yang sangat tepat bagiku. Makin cinta dan sungguh cintaku untukMu, wahai Maha Cintaku.
Aku mengikuti langkahnya, mengikuti berbagai lomba kepenulisan. Dan ajang inilah yang aku jadikan sebagai acuan tahap demi tahap langkahku sebagai penulis yang baik, karena punya pengalaman yang baik pula. Semoga. Dan aku sudah bisa katakan bahwa angin malam setiap harinya menjadi saksi notebookku selalu berbunyi dengan ketikan-ketikan kata-kata yang aku tuliskan. Aku suka dan benar-benar mendapatkan jiwa menulisku tahun ini.
Akhir bulan September, Allah menjawab semuanya. Ikhiarku berbuah hasil. Pasalnya, dari berbagai lomba yang aku ikuti, salah satu lomba cerpen aku menang. Cerpenku lolos untuk dibukukan dalam buku antologi kumpulan cerpen di salah satu penerbit indie terkenal. Alhamdulillah, waktu itu aku beritahu mama dan aku peluk beliau. Aku bahagia karena ridhonya selama ini. Aku pahami, jiwa menulisku aku dapatkan sejak dulu bahkan ketika sekolah dasar, tapi baru memancar cahayanya tahun ini dan salah satu daya tunjangnya adalah Aisyah.
Siang di akhir sepetember aku beritahu pada teman-teman yang sedang berkumpul di lantai tujuh gedung fakultasku, termasuk juga ada Aisyah. Salah satu teman terbaikku. Mereka senang, mereka juga mengucapkan selamat padaku. Tapi, Aisyah berbeda saat itu. Apa dia sedang sakit, tapi ku rasa tidak karena dari awal perkuliahan tadi dia baik-baik saja. Dia hanya diam walaupun sedikit bertanya-tanya tentang cerpenku yang lolos itu. Tapi, sikapnya sungguh berbeda. Sampailah sudah satu minggu terkahir di bulan oktober, aku tidak bertegur sapa dengannya. Ini sangat menyalahi aturan Rasul. Aisyah, tetaplah menjadi teman, sahabat, dan guruku. Jangan kau cuekkan aku, kembalilah mengajariku, apapun. Sekarang masih liburan semster di tahun 2012, Kita masih teman kan?