Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud

Di Malioboro, Banesa Tersesat di Jalan yang Benar

21 September 2015   00:58 Diperbarui: 21 September 2015   01:33 63 3
Salah satu icon dari kota Yogyakarta, Malioboro, menjadi tempat bernaung para pekerja, seniman, wisatawan, dan penduduk sekitarnya. Bahkan, jika ada seseorang yang baru pertama kali mengunjunginya, bisa dipastikan ia akan berhenti sejenak menikmati akulturasi Malioboro yang sayang jika ia sampai melawatkannya. Dari investor, pengusaha, karyawan, seniman, bakul, tukang becak, tukang andong, bahkan beberapa komunitas sering berjubel di sepanjang jalan Malioboro. Yang mendominasi usaha di Malioboro yaitu lapak-lapak bakul baju, celana, sandal, tas, dompet, kerajinan tangan, juga berbagai makanan, yang tentunya semua itu khas kota Daerah Istimewa Yogyakarta. Lapak-lapak tersebut berderet memanjang sejajar jalan malioboro, yaitu dari rel stasiun tugu sampai lampu merah di depan Monumen Serangan Umum 1 Maret atau bisa juga disebut Titik Enol (0) Kilometernya Daerah Istimewa Yogyakarta. Barang yang diperjualbelikan di lapak-lapak emperan toko tersebut kebanyakan bisa ditawar, pintar-pintarlah menawar barang, jangan sampai mengecewakan orang lain, bahkan dirimu sendiri.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun