Tiga purnama menggelinding sabit, angka empat pada almanak kalbu berjalan mengganggit. Meski senja masih saja menyajikan seperdua jingga, renjana yang kukemas bukan lagi semenjana.
Saat ini aku berhasil menabung meruah cinta. Meski telah memunjung, adanya hanya kucukupkan saja untukmu, sudah kukatakan semenjana hanya milik purnama lalu.
Langkahku tiba pada jejakmu yang sejemang usai. Sebelum semesta memberi kesekian pendar purnama, kamu memilih menungguku di tepian swastamita. Lagi-lagi, kita bukan lagi semenjana.