Kebutuhan dan permintaan yang terus meningkat dari masyarakat terhadap tepung terigu di Indonesia menimbulkan tantangan serius terkait dengan keterbatasan kapasitas produksi tepung terigu di dalam negeri. Tepung terigu memegang peranan sentral dalam sektor pangan Indonesia, menjadi bahan makanan yang sangat dicari dan dibutuhkan oleh masyarakat. Tidak sekadar menjadi pilihan, tepung terigu bahkan dianggap sebagai kebutuhan pokok di dalam rumah tangga masyarakat Indonesia. Tepung terigu, sebagai komoditas utama dan penting dalam konsumsi domestik dan komersial, menimbulkan ketidakseimbangan antara konsumsi dan produksi di Indonesia pada tahun 2016. Data memperlihatkan bahwa sektor produk kue menghabiskan 7,95 juta ton tepung terigu, sedangkan produksi nasional hanya 4.855.261 ton (BPS). Ketergantungan yang tinggi terhadap tepung terigu dihadapkan pada kendala produksi karena sifat tanaman gandum yang tidak cocok dengan iklim tropis Indonesia. Hal ini menyebabkan defisit yang mengharuskan negara ini untuk mengimpor untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Menurut saya, masalah ini tidak hanya terbatas pada aspek konsumsi, melainkan juga melibatkan permasalahan ekonomi dan pola makan. Oleh karena itu, diperlukan solusi yang melibatkan berbagai bidang untuk mengatasi isu ini. Dalam hal ini, diversifikasi bahan baku dalam produksi makanan dapat menjadi solusi untuk mengatasinya. Penggunaan tepung dari sumber makanan selain terigu dapat menjadi strategi yang efektif. Terdapat potensi besar untuk mengembangkan kelompok umbi-umbian lokal sebagai alternatif tepung terigu. Upaya semacam ini tidak hanya mendiversifikasi rantai pasokan bahan baku, tetapi dapat memperkecil tingkat impor sebagai ketergantungan akan tepung terigu, mendukung ketahanan pangan, dan mendorong pertumbuhan ekonomi lokal. Sebagai contoh, ubi jalar ungu adalah umbian yang memiliki potensi besar sebagai pengganti tepung terigu dalam formulasi makanan. Pengembangan inovatif dan peningkatan produksi ubi jalar ungu dapat menjadi langkah positif dalam mendukung keberlanjutan pangan dan mengurangi risiko ketergantungan yang berlebihan pada satu sumber bahan baku (Alghifari & Azizah, 2021).
KEMBALI KE ARTIKEL