Tapi apakah kata kata ku mengibaratkan itu bisas saja. Kata "bisa" pun punya tafsuran yang hampir banyak makna nya. Kamu bisa tahu tanpa harus mencari tahu.
Bagaimana dengan pilpres sobat. Elite politik pada duduk ngopi bareng sama sebat bentar bentar eh kamunya yang dibawah berantem mulu sampai jualan surga. Tiket surga seakan kamu yang punya dan jadi calo dari hal tersebut. Itu kan offensive sekali. Kesannya hanya kalianlah yang bisa membuka pintu surga. Aish kacau sangat.
Beratnya kita adalah ketika pilpres disatukan dengan pemilu legislatif. Kesannya apa pentingnya sih pileg. Eh kalau kamu mau bikin koalisi dan ajukan capres ya lewat skema parlemen dulu.
Bahkan kubu sebelah yang ceng cengin aku kelihatan dompleng foto dan tagline di poster atau baliho serta soanduk milik caleg dari partai si capres tersebut. Apa modal kurang atau hemat budjet.
Tolonglah kalau pileg dan piplres udah sama jangan kaitkan caleg dan capres bersamaan. Boleh sih bilang dukumg partai a maka sekaligus pilihlah capres usungan kami. Aduh kayak paket data internet saja yang bundling.
Jadi balik lagi dengan kandidat di awal. Satunya asal rantau satunya juga rantau. Satunya aktif ukm satunya juga. Perbedaan adalah kandidat sebelah ini minta kandidat lainnya untuk memenangkan kontestasi biar gerak sama sama tapi piciknya pihak luar yang gabung kedalam menjatuhkan sang ketua dalam kaitan kudeta dengan mengalihkan kekuasaan dari ketua jadi wakil dan wakil berhak sebagai ketua.
Sakit jiwa? Entah tapi itulah kontestasi. Kontes kecantikan saja ada singgungan kenapa kontestasi UKM aka Unit Kegiatan Mahasiswa ada friksi apalagi pencapresan.
Akal sehat milik Ada Band bukan milik Rocky Gerung. Dengar lagunya dan kamu tahu harus bagaimana.