Baru jam 6 kurang di pagi yang mataharinya masih memberi kesempatan dinginnya subuh untuk menguasai waktu sebelum sang surya muncul. Saya sudah membuka Kompasiana dan membaca beberapa headline seperti eksekusi mati dan anger translator Obama yang membuat deadline tugas tidak lagi memusingkan saya.
Walaupun begitu, manusia mungkin pada kodratnya memang tetap saja dipusingkan sama berbagai hal bahkan yang kata orang tua tidak sebegitu jadi persoalaan. Ya, seperti perasaaan perempuan dan logika laki-laki. Saya belum membaca buku Wanita dari Venus dan Pria dari Mars. Saya cuma membaca sedikit sinopsis nya dan membaca beberapa artikel serta opini menyangkut permasalahan yang katanya simple tapi bisa bikin Perang Dunia ke 3.
Saya punya teman perempuan yang semenjak semester 1 sampai dengan sekarang semester 4 selalu bentrok mulai dari pemikiran hingga opini. Lucunya kita bisa kembali bercakap seakan tidak ada masalah. Sekalinya ada masalah itu seakan-akan perang urat syarafnya selayaknya nuklir yang jatuh ke Hiroshima dan Nagasaki. Benar-benar mematikan.
Beberapa waktu yang lalu saya dan dia mengalami momen yang paling menyebalkan ketika memang kepepet dengan tugas kelompok. deadline tinggal satu hari lagi dengan problem kita belum sepenuhnya melakukan yang harus dilakukan sesuai tugas yang diberikan. So, dia inisiatif membuat Penanggung Jawab atau PIC untuk beberapa orang demi masing-masing dapat tugas di hari H yang H-1 dari hari menuju final pengumpulan tugas. Bagus sih tapi ya kalau tidak nyebutin tolong tapi terkesan nyuruh gimana ya?
Perempuan katanya kan pake perasaan ya? nah itu yang benaran terjadi ketika tiba-tiba dia marah di grup line kelompok dengan mengatakan kurang lebih "Heh, mana nih yang lain ini kan tugas semua individu di kelompok bukan gua aja" nah lho bukannya kita sudah dapat tugas masing-masing dan kerjanya baru besoknya pas H-1 hari?
Mungkin problemnya adalah karena tidak ada yang waro atau minimal mengatakan iya saya bisa. Bukankah wajar ketika suatu saat anda tidak diwaro tapi karena teman anda memang punya kepentingan yang urgent. Saya saja sebelum dia membuat kata-kata tersebut di chat grup kelompok memang sedang memimpin sidang Pola Umum Kaderisasi Ormawa Universitas saya. Megang Handphone saja tidak bisa bagaimana mau membalas.
Saya memang tersentak dan sempat emosi karena memang sudah letih tapi kenapa harus diterjang lagi bahkan menyuruh saya membuat PKM yang sesuai dengan tugas. Saya kembali mereview bukankah kita punya kerjaan masing-masing? Saya bagian kreatif membuat Creative Booklet dan berada di Lapangan ketika event berjalan. PKM bukannya urusan Administration? dan bukankah kalau memang ribet ya bakal kita bantu? tapi kalau semuanya nyuruh ke anak Kreatif lha situ ngapain? "Gua kerjain deadline tugas yang bakal asistensi" katanya. Lha bukannya itu tugas sendiri dan tidak ada kaitannya dengan saya? kenapa dicampur-campur tugas dari matkul lain ke matkul lainnya -_-
Akhirnya kita perang urat syaraf di grup kelompok. Lucunya perempuan akan berdalih dengan bilang kita ini pakai perasaan kalau ngelakuin apa-apa wajar dong emosi. Lha kok jadi pembenaran ya hehehe.
Itu sama teman dan malah sahabat yang sudah lama kenal dan problemnya adalah sering bermasalah dan pasti bakal akrab lagi. #NamanyaJugaHidup .
Beda lagi dengan teman saya yang baru kenal di semester 4. Ya Perempuan juga pastinya. Saya ditugasi dosen menjadi Editor buku yang menjadi tugas semua satu kelas. Ada yang membuat konten hingga desain layout. Nah, yang desain layout entah dengar info darimana tiba-tiba PM saya di Line dan bilang: "eh tur lo gak kerja ya kok yang edit buku malah PJ (yang Edit buku juga)" Straight to do point. Saya mikirnya dia bukan orang Indonesia yang identik dengan Low Context.
Saya ketawa sendiri karena memang kita sudah janjian dengan PJ buku buat membagi tugas siapa yang mengedit bagian mana yang memang ribet kalau dijelasin. Saya balik nyolot dengan bilang "Lha maneh tau apa? urang juga edit kok tapi bagiannya udah ada kesepakatan." saya timpali lagi "jangan ngomong gitu, gak enak diliat orang" sambil tersenyum ketawa sendiri.
Terakhir adalah teman dekat saya yang memang saya sukai. loh loh ahaha. Saya lagi chat bareng doi masalah bisnis yang saya jalanin dan doi mau gabung tapi pengen ketemu mau nanya hal tertentu. Selama chat dan nentuin kapan ketemu saya sempat nyeletuk pas doi bilang "yang lagi butuh sama lo kan gua ahahaha" mengingat doi lagi bermasalah dengan pacarnya saya timpali aja dengan "jadi gak butuh doi lagi nih ahahaha *ups." dan doi cuma read saja.
Lucunya adalah saya minta maaf kepada doi karena mengira secara logikanya doi marah kalau saya singgung masalah pacaranya karena memang lagi tidak sreg. Saya sudah kayak pujangga menyiapkan surat permintaan maaf dengan larik yang mendayu-dayu. Siangnya doi balas dengan tertawa "gua gak marah kok ahahaha gak usah segitunya kali minta maaf. sorry gua semalam emang gak megang handphone." Braaaakkkk, saya ketawa sendiri dan memang jadi terkesan lucu plus pengalaman tersendiri kadang hipotesa kita tidak selamanya benar.
Tulisan ini bukan untuk men-judge perempuan. Tapi cuma menjelaskan realitas yang saya alami dan mengkaitkan dengan yang katanya Perempuan identik dengan perasaan dan Laki-laki dengan Logikanya. Ini Opini saya. Anda tidak senang wajar kok. Dunia adil; ada yang senang ada pula yang benci. Yang penting tidak gangguin orang kan ya? #NamanyaJugaHidup !
Ditulis oleh Fathurrahman Helmi. Jiwanya untuk Aceh, Fisiknya Oriental tapi Hatinya berlabuh di Bandung. Penulis Buku Kumpulan Puisi “Aku, Bola dan Sepatu”. Moderator Bedah Buku dan Seminar di Universitas Telkom. Menyukai dan Terpengaruh oleh Karya Kahlil Gibran dan Imam Al-Ghazali. Menulis Opini tentang Filsafat, Komunikasi, Politik hingga Komedi. Mahasiswa Konsentrasi Marketing Komunikasi, S1 Ilmu Komunikasi, Universitas Telkom.