Di ujung jalan, tepatnya di sebuah emperan pertokoan elektronik yang kini telah hancur itu, Si Orang Gila terdiam dengan tatapan kosong, memegangi perutnya yang terlihat kering kerontang. Di hadapannya, terlihat beberapa warga pemilik toko mulai keluar dari toko-tokonya. Sebagian ada yang menangis, sebagian berpelukkan, dan hampir semua mengucap syukur masih bisa menghirup udara di hari itu. Semua warga keturunan tionghoa tersebut bergegas mengemas barang dan pergi dari tempat itu, termasuk Ci Nani yang biasanya memberi ia makanan setiap pagi. Ternyata sebungkus nasi dan kikil yang Si Orang Gila makan 2 hari yang lalu menjadi pemberian terakhir Ci Nani sebelum ia pergi.
KEMBALI KE ARTIKEL