Pertama, etika bisnis Islami mendorong perusahaan untuk menerapkan kejujuran dan transparansi dalam setiap aspek transaksi dan interaksi bisnisnya. Ini tidak hanya mencakup hubungan dengan pelanggan dan mitra bisnis, tetapi juga melibatkan keterbukaan dalam lapisan internal perusahaan. Kejujuran dianggap sebagai landasan yang kokoh dalam membangun kepercayaan, sebuah aspek yang sangat dihargai dalam perspektif Islam.
Kedua, prinsip keadilan memiliki peran krusial. Perusahaan diharapkan untuk memberikan hak-hak yang adil kepada semua pihak yang terlibat, mulai dari karyawan hingga mitra bisnis. Keadilan ini melibatkan pembagian keuntungan yang seimbang, penghargaan yang adil, dan perlakuan yang setara bagi semua anggota organisasi.
Tanggung jawab sosial juga menjadi elemen esensial dalam bisnis menurut ajaran Islam. Perusahaan diharapkan untuk berkontribusi pada pengembangan masyarakat, mendukung pendidikan, dan memperhatikan kesejahteraan umum. Dengan demikian, bisnis bukan hanya menjadi entitas ekonomi, tetapi juga mitra pembangunan sosial.
Pencegahan riba dan kepatuhan terhadap hukum Islam adalah prinsip lain yang sangat ditekankan. Hal ini mencakup menjauhi praktik-praktik keuangan yang dianggap merugikan dan bertentangan dengan prinsip-prinsip syariah.
Terakhir, konsep keseimbangan antara kesuksesan dunia dan akhirat menjadi landasan filosofis dalam bisnis Islam. Perusahaan diharapkan untuk memberikan hak-hak pekerja, membayar upah yang adil, dan menciptakan lingkungan kerja yang etis. Sukses materi bukanlah tujuan utama, tetapi harus diiringi dengan persiapan untuk kehidupan setelah ini.
Dengan menginternalisasi nilai-nilai ini, bisnis dalam perspektif Islam diharapkan dapat mencapai kesuksesan yang berkelanjutan, sambil memberikan dampak positif pada masyarakat dan lingkungan sekitarnya, sesuai dengan nilai-nilai yang terkandung dalam ajaran Islam.