Konsepnya sederhana: seorang selebriti atau pengguna TikTok populer membuka "toko" mereka sendiri selama siaran langsung. Mereka memamerkan berbagai produk, mulai dari pakaian hingga barang elektronik, memberikan ulasan singkat, dan kadang-kadang menawarkan penawaran khusus kepada pemirsa mereka. Dan yang paling menarik, pemirsa dapat langsung membeli produk-produk ini selama siaran langsung. Ini bukan hanya hiburan lagi; ini adalah e-commerce dalam bentuk paling menariknya.
Pada pandangan pertama, ini adalah perpaduan luar biasa antara hiburan, interaksi sosial, dan bisnis. Namun, seperti banyak tren baru, ada lebih banyak lapisan yang perlu dipertimbangkan. Salah satunya adalah dampak signifikan yang dimiliki tren TikTok shop live, terutama terhadap pedagang kaki lima dan tantangan impor barang dari China ke pasar lokal.
Dampak pada Pedagang Kaki Lima
Pedagang kaki lima, yang selama ini bergantung pada penjualan barang-barang buatan lokal, mendapati diri mereka bersaing dengan pengusaha TikTok yang memiliki akses langsung ke pasar global. Produk buatan China yang dijual dengan harga lebih murah seringkali mengungguli harga produk serupa yang diproduksi secara lokal. Situasi ini membuat banyak pedagang kaki lima kesulitan bertahan.
Masalah ini semakin rumit karena pedagang kaki lima umumnya tidak memiliki kehadiran online yang kuat atau pengikut setia seperti selebriti TikTok. Mereka mungkin tidak memiliki keterampilan pemasaran digital yang diperlukan untuk bersaing di era TikTok shop live. Akibatnya, banyak dari mereka merasa terpinggirkan dan harus bekerja lebih keras untuk menjual barang dagangan mereka. Seperti pedagang di Pasar Tanah Abang yang merasa pasrah dengan tren ini, bahkan terdapat beberapa toko yang telah gulung tikar. Namun berbeda dengan selebriti TikTok yang dengan mudahnya meraup keuntungan banyak dari hasil berjualan di TikTok Shop