Mohon tunggu...
KOMENTAR
Puisi

Sesal

7 Januari 2021   07:16 Diperbarui: 7 Januari 2021   07:32 64 2
Kodratnya tidak sekuat lelaki namun masih saja,
Ke sana kemari membawaku dalam kantong kehidupannya,
Sering kali dibilang lemah namun tetap saja,
9 purnama aku dipikulnya ke sana kemari.

Wanita itu,
Aku tidak pernah lepas dari ingatannya,
Tak pernah lelah menyuapku dengan tangan hangatnya,
Merapikan bajuku yang seperti gelandangan.

Memberikan aku porsi zatnya,
Dia menginginkan aku bernyawa sempurna,
Memenuhi segala hajat bejatku,
Sehingga bulu kepalanya berganti abu keputihan.

Wanita itu,
Pernah aku buang dari diriku,
Aku yang berdosa karena terlupa,
Aku adalah manusia yang tidak bersyukur.
Senyuman wanita itu menghangatkan hatiku,
Suaranya membuatku candu ,
Aku ingin mendengar lagi suaranya,
Aku ingin lagi melihat senyuman itu.

Terlambat,
Wanita itu sudah berbungkus kain bendera menyerah,
Wanita itu sudah menutupi dirinya di tanah peristirahatan,
Menunggu waktu hari kebangkitan.

Ku mencoba membangunkannya,
Mengguncang tubuhnya dengan keras,
Namun mengapa dia masih belum tersadar?
Mengapa dia masih tertidur?

Mataku menitikkan air merah,
Hatiku mengaduh kesakitan,
Aku ditinggal dengan penyesalan,
Aku terpaksa memikul maaf yang tidak mendapat balasan.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun