Melihat pesawat terbang mondar-mandir di bandara itu biasa. Atau duduk manis di kursi pesawat yang akan mengantarkan kita sesuai tujuan perjalanan juga boleh jadi sudah umum. Namun, melihat lebih dekat seperti apa burung besi yang kerap kali terbang tinggi membelah awan langit ini menjadi kesempatan yang langka.
Saya berkesempatan mengenal lebih dekat maskapai penerbangan terbesar di Indonesia ini pada Kamis, 9 Januari 2013 lalu. Tur sehari ini akan mengantarkan saya dan kawan-kawan menilik tiga anak perusahaan Garuda Indonesia Grup, yakni Garuda Maintenance Facility (GMF) Aero Asia, Aero Catering Service (ACS) dan Garuda Indonesia Training Center (GITC). GMF serta ACS ini letaknya masih berada di kompleks Bandara International Soekarno Hatta. Sedangkan GITC terpisah di daerah Kosambi, Tangerang, Banten.
Jika masuk ke bengkel motor dan mobil juga sudah umum dilakukan. Apalagi ketika motor atau mobil kita baik butuh perawatan secara berkala atau perbaikan. Akan tetapi, masuk ke bengkel pesawat terbang seperti apa ya. Saya tak bisa membayangkan seperti apa besarnya bengkel ini.
Maka ketika menjejakkan kaki di kompleks GMF Aero Asia, saya berdecak kagum saking luasnya. Tak heran juga tempat ini merupakan bengkel pesawat terbesar se-Asia Tenggara karena luasnya mencapai . Masuk ke bengkel burung besi ini tidak bisa sembarangan. Selain harus jelas maksud dan tujuan datang ke sini, sebelum lebih jauh berkeliling di dalamnya, maka perlu dilakukan pemeriksaan seperti halnya saat kita check-in di bandara.
Servis yang disediakan pun beragam, mulai dari engineering service, line maintenance, base maintenance, engine maintenance hingga component maintenance. Semuanya jelas untuk perbaikan si burung besi.
Tempat pertama yang menjadi tujuan adalah engine maintenance. Tempat ini untuk memperbaiki serta melakukan pengecekan secara berkala mesin serta Auxiliary Power Unit (APU). Mesin yang dicek di sini, yakni untuk tipe Boeing 737 CFM 56-3, Boeing 737 Classic dan Boeing 737 New Generation CFM 56-7.
Tak hanya mengurusi tiga tipe itu, Garuda ternyata juga memiliki pesawat bermesin Boeing 777 alias pesawat penumpang sipil berbadan lebar mesin kembar berjarak jauh yang dibuat oleh Boeing Commercial Airplanes. Saya melihat mesin itu di antara mesin pesawat lainnya di engine shop, besar sekali. Bisa dibayangkan sebesar apa pesawat bermesin jet yang bisa mengangkut 300 hingga 500 penumpang ini.
Baru satu bangunan saja besarnya sudah seperti lapangan bola. Padahal di engine shop ini hanya mengurusi bagian APU serta mesin. Namun, justru dua bagian inilah yang paling penting dalam sebuah pesawat terbang. Bentuknya seperti apa, rumit sekali menjelaskannya, hahaha.
“Selama ini kami menangani perbaikan 80% maskapai Garuda dan 20% maskapai lain. Akan tetapi, ke depannya porsi untuk maskapai lain kami naikkan. Tak hanya untuk domestik, tetapi kami juga memperbaiki maskapai penerbangan asing,” tutur Shop Maintenance Planning Engineer GMF, Jumadi Timotius Simangunsong.
Setelah perbaikan selesai dilakukan di zona engine maintenance ini, baik mesin maupun APU melalui tahapan pengecekan terakhir di test cell solar turbine. Di area kedap suara ini dua bagian yang berperan penting dalam pesawat dicek sebelum terbang.
Meskipun dilengkapi dengan peralatan canggih, tapi jangan salah sangka, semua engineer di sini produk dalam negeri alias asli anak bangsa. Jika ada pihak asing, mereka lebih ditempatkan semacam menjadi penasehat ahli seperti itulah.
GMF ini juga dilengkapi dengan tiga hangar. Hangar pertama yakni untuk memperbaiki pesawat yang memiliki wide body atau berbadan lebar. Kedua untuk memperbaiki pesawat yang memiliki traffic atau jam terbang tinggi dan ketiga, untuk perbaikan pesawat narrow body.
Saya jadi teringat film Pearl Harbor yang dibintangi Ben Affleck atau film Top Gun-nya Tom Cruise yang berlatar dunia penerbangan. Hangar yang sangat besar dipenuhi dengan burung-burung besi. Dan ternyata pesawat itu juga butuh mandi. Tak hanya soal mesin yang menjadi perhatian, tetapi tampilan luar pun juga tak luput dari perhatian.