Suaranya yang khas jatuh dan membasahi bumi memberi keteduhan hati
Seolah menyejukkan perasaan yang sempat kacau balau tak menentu
Terkadang bias-bias hujan yang membasah dijendela tempatku bersandar
Juga bisa mengartikan sesuatu
Saat hujan, air yang turun menetes tiap tetesnya seolah rintihan air mata
Yang membasahi wajah, saat hujan aku ingat masa-masa bersamamu
Tawamu, wajahmu, candamu segalanya tentangmu....
Saat jemariku seolah ingin menyentuh bias tetesan hujan dijendela saat itu juga
Aku ingin memeluk erat lebih hangat atau lebih dingin seperti hujan
Saat aku menutup mata terasa harum khas hujan seolah dirimu dan hangatnya peluk dirimu
Tapi nyata yang kurasa saat ku mulai membuka mata pelukan erat itu semakin longgar
Dan lepas hangatnya pun tidak lagi bahkan lebih dingin dari hujan....
Tersadar kamu terbawa atau mungkin terhapus oleh hujan, hujan membawamu pergi
Dan saat hujan turun dia juga hanya membawa bias-bias dirimu yang bisa kukenang
Dibalik jendela berharap ada kamu yang berdiri menghalau derasnya hujan
Berdiri tegak tak peduli derasnya hantaran hujan dinginnya yang menusuk tulang kokohmu
Kamu disana tepat disana dibalik jendela walau bias air hujan menghalangi tapi aku bisa melihat dirimu
Rasanya ingin keluar dan berlari semampuku menghampirimu dan disambut peluk hangat darimu
Hingga kita lupa kita berdiri ditengah hujan...