Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud Pilihan

Krisis Listrik di Sumatera Utara

20 Februari 2014   19:40 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:38 357 1
Saya sebagai salah satu warga Medan merasa sangat prihatin dengan kejadian krisis listrik di Sumatera Utara. Meskipun sekarang saya tinggal di Jakarta dan baru hanya 8 bulan saya hidup di Jakarta. Bertahun-tahun saya dan jutaan orang di Medan khususnya Sumatera Utara pada umumnya mengalami gelap-gelapan karena mati lampu. Mati lampu di Medan tidak tanggung-tanggung ibaratkan minum obat 3x sehari dan sekali mati lampu sampai 4 jam lamanya. Totalnya 12 jam full kita tidak dapat merasakan manfaat adanya listrik. Ibarat sudah kembali ke zaman batu. Keluhan dari masyarakat sepertinya tidak dihiraukan oleh mereka pihak-pihak yang berwenang, selalu alasannya karena krisis listrik. Dan kita harus menghemat listrik. Naiknya tarif dasar listrik seharusnya pelayanan kepada pelanggan juga lebih ditingkatkan. Memang, listrik padam dan mati lampu juga di alami oleh mereka para pegawai PLN di rumah mereka masing-masing, sama seperti kita masyaakat pada umumnya. Namun bagi mereka yang punya uang lebih saat ini masalah mati lampu mungkin sudah menjadi hal biasa karena mereka bisa membeli genset sebagai pengganti listrik untuk dapat menghidupi lampu, AC bahkan televisi di rumah mereka, namun bagi kita yang hidup pas-pasan untuk membeli genset harus mikir berkali-kali, yang harga genset tersebut tidak murah. Yang paling membuat kesel menurut saya adalah saat pemadaman pada malam hari. Sudah gelap gulita keadaan cuaca di Medan juga terbilang cukup panas, sehingga bagi saya dan mungkin banyak orang akan terganggu tidurnya tanpa kipas angin/ AC. Apalagi bagi mereka yang memiliki anak bayi atau anak balita yang harus bangun tangah malam untuk membuat susu, mau tidak mau harus bangun di tengah kegelapan malam. Persis seperti zaman belum ada listrik. Anak-anak juga belajar hanya dengan sebuah lilin.  Dan yang lebih mengesalkan adalah listrik yang sebentar-bentar hidup sebentar-sebentar mati. Hal ini mengakibatkan rusaknya semua barang-sabarang elektronik. Dampak negatif dari seringnya pemadaman listrik di Sumatera utara ini sangat banyak sekali diantaranya:

  1. Banyak barang-barang elektronik yang rusak dikarenakan listrik yang hidup mati.
  2. Banyak perusahaan yang mengurangi karyawan dan semakin banyak perusahaan yang mengurangi kesejahteraan karyawan karena perusahaan harus menambah budget untuk pembelian mesin genset dan solar. Selain itu juga perusahaan harus membayar iuran listrik yang tidak sedikit.
  3. Meski sering mati lampu, tagihan listrik sama sekali tidak berkurang. Seharusnya dengan mati listrik beban tagihan listrik berkurang karena berkurangnya pemakaian barang-barang elektronik. Namun apa yang terjadi, tagihan listrik semakin membengkak, dikarenakan listrik yang hidup mati. Saat listrik mati semua aliran arus di barang-barang elektronik terputus. Begitu hidp kembali semua barang-barang elektronik tersebut secara bersamaan hidup kembali dan pada saat hidup kembali arus yang diperlukan mencapai arus tertinggi. Mungkin untuk TV dan barang elektronik lainnya bisa dinon aktifkan pada waktu mati lampu, namun bagaimana dengan kulkas, dispenser bahkan AC yang notabennya on secara otomatis.
  4. Karena mati lampu terlalu sering menyebabkan pada maling pun semakin merajalela. Buktinya di tetangga saya pada saat mati lampu disaat kita lengah para maling-maling tersebut beraksi dan menggasak laptop dan uang tunai, syukurnya aksi tersebut berhasil di batalkan setelah pemilik rumah memergoki sang pelaku.
KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun