Tahun ini akan menjadi tahun ke-empat saya melaksanakan puasa Ramadan di Jepang, dan akan menjadi pengalaman ke-6 menjalankan puasa di negara non muslim
karena sebelumnya sudah pernah 2 kali menjalankan puasa Ramadan di Belanda. Puasa pertama saya di sini, kebetulan bertepatan dengan musim panas yang sangat menyengat. Sudah menjadi jadwal rutin, setipa liburan summer, setiap laboratorium mengadakan labo trip, jalan-jalan bersama semua anggota laboratorium, dari professor, asisten professor dan mahasiswa Bachelor tahun ke-4 (B4), Master tahun ke-1 dan ke-2 (M1 dan M2), dan Doktor D1,D2, dan D3. Pertama kali ikut labo trip ini, bertepatan dengan bulan ramadan, dan waktu itu saya tidak memberi tahu kepada professor dan anggota labo lain kalau selama bulan puasa itu saya menjalankan tidak makan minum di selama beberapa jam dalam sehari. Dan mereka semua juga tidak tahu tentang ritual puasa umat muslim. Professor saya tahu tentang puasa ketika dalam acara trip selama 3 hari itu, saya tidak ikut makan siang. Saya katakan saya puasa, dan baru boleh makan ketika Magrib tiba. Teman-teman labo semua kaget, apalagi saat itu musim panas menyengat dan kami melakukan perjalanan ke beberapa tempat, termasuk ke Taman safari di dekat gunung Fuji.Sebenarnya dengan alasan musafir dan ruksoh, saya bisa membatalkan puasa saya, tapi karena saya merasa masih kuat dan ingin mengetahui sekuat apa saya berpuasa dalam kondisi seperti itu, puasa ramadan tetap saya laksanakan. Ternyata ada hikmahnya juga, karena saya bisa menjelaskan kepada mereka apa makna puasa dalam ajaran agama saya, dan mereka juga tahu kalau setiap tahu , dalam sebulan umat muslim diwajibkan berpuasa.
KEMBALI KE ARTIKEL