Menjadi mahasiswa adalah sebuah anugerah, seperti yang pernah dikatakan oleh seorang aktivis Indonesia yaitu Najwa Shihab.
Guardian of value mengartikan mahasiswa sebagai upaya menuntut ilmu di jalur yang lebih tinggi. Karena tingkatannya lebih tinggi, tentu saja seorang mahasiswa tidak hanya belajar secara akademik saja, tetapi juga belajar yang memiliki nilai-nilai masyarakat yang kebenarannya mutlak.
Menurut data Direktorat Jenderal Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Dukcapil), penduduk Indonesia berjumlah 275,36 juta jiwa pada Juni 2022. Dari jumlah tersebut hanya 6,41% yang sudah mengenyam pendidikan sampai perguruan tinggi. Rinciannya, yang berpendidikan D1 dan D2 proporsinya 0,41%, kemudian D3 sejumlah 1,28%, S1 sejumlah 4,39%, S2 sejumlah 0,31%, dan hanya 0,02% penduduk yang sudah mengenyam pendidikan jenjang S3Â (Viva Budi Kusnandar, 2022).
Data tersebut mungkin mengalami peningakatan sepanjang tahun 2023. Namun, dari rincian diatas sebagai seorang yang diberi kesempatan bisa mengenyam Pendidikan di perguruan tinggi harus bisa memanfaatkan kesempatannya  sebaik mungkin. Menjadi mahasiswa adalah sebuah amanah yang Tuhan berikan, banyak ilmu baru yang bisa didapatkan, bukan hanya ilmu teori tetapi ilmu kehidupan yang mungkin tidak didapatkan sebelumnya seperti relasi, kemampuan berpikir kritis, dan manajemen waktu.
Menjadi mahasiswa tidak melulu mengenai bagaimana menjadi sukses setelahnya, tetapi bagaimana mampu menjadi agent of change. Sejatinya kesuksesan bisa diraih walau tidak mengenyam Pendidikan perguruan tinggi. Contoh seorang pengusaha banyak berasal dari orang-orang yang justru tidak menyelesaikan kuliahnya atau dari seseorang yang memang memiliki keinginan kuat untuk sukses dengan kerja kerasnya. Tetapi Pendidikan adalah salah satu cara untuk memutus rantai kemiskinan bagi mereka yang tidak memiliki privilege.
Namun, bagaimana cara memanfaatkan kesempatan agar hasil akhir sesuai dengan yang diharapkan?
Baik, kita akan mulai dengan proses belajar
Dalam buku berjudul STOP BELAJAR yang ditulis oleh Tendi Kusuma Murti menjelasakan mengenai hebatnya otak manusia. Faktanya kebanyakan manusia hanya menggunakan kemampuan otaknya 10% saja.
pada dasarnya otak kita itu sama seperti otak orang-orang jenius yaitu Albert Einstein, Thomas Alva Edison dan Presiden ketiga kita Bapak B.J Habibie, lalu mengapa hasil akhirnya berbeda? Alasannya karena orang-orang jenius mampu mengupgrade kemampuan otaknya dengan ilmu-ilmu yang mendukung dan dengan cara yang tepat.
Sejak sekolah dasar, proses belajar yang kita lakukan selalu menggunakan otak bagian kiri, lalu apa saja fungsi otak bagian kiri? Otak bagian kiri adalah bagian otak yang bekerja pada tugas-tugas yang melibatkan logika, bahasa, dan pemikiran analitis. Namun faktanya otak bagian kiri memiliki kemampuan mengingat yang lebih sedikit dibanding otak bagian kanan. Lalu apa fungsi otak bagian kanan? Otak bagian kanan berfungsi menjalankan tugas yang berhubungan dengan kreativitas seperti seni, mengidentifikasi warna, dan menggunakan imajinasi. Otak kanan memiliki kemampuan mengingat yang lebih banyak dibanding otak bagian kiri. Sebagai contoh mungkin kita pernah mengenali seseorang lengkap dengan namanya, namun setelah beberapa waktu tidak bertemu kita akan lebih banyak mengingat wajahnya ketimbang namanya, pada kasus ini membuktikan bahwa otak kanan menyimpan lebih lama memori dengan mengenali wajah. Sama hal nya dengan proses belajar kita, bahwa ketika kita lebih banyak menggunakan otak kiri, kita akan cenderung mudah melupakan pelajaran yang telah diberikan oleh guru/dosen, karena pada saat itu kita hanya menggunakan otak kiri untuk fungsi menghafal tulisan atau berhitung. Berbeda jika saat proses belajar kita imbangi dengan menggunakan otak bagian kanan, seperti menambahkan gambar , warna atau simbol-simbol. Untuk lebih mudahnya kita dapat membuat mind mapping dalam setiap materi yang kita pelajari, tujuannya adalah untuk memudahkan kita memahami dan mengingat konsep sebuah pelajaran.
Setelah proses belajar, lalu gunakanlah kesempatan bertemu dengan teman baru (Mencari relasi)
Dalam menempuh Pendidikan yang lebih tinggi, kita akan dihadapkan dengan lingkungan dan teman baru. Salah satu yang harus menjadi tujuan kita saat berkuliah adalah menambah relasi. Dosen saya pernah menjelaskan bahwa relasi adalah salah satu hal yang perlu dijadikan tujuan saat kuliah. Mengapa? Banyak manfaat yang bisa kita dapatkan setelah bertemunya kita dengan teman-teman baru, seperti lebih luasnya peluang untuk mendapatkan pekerjaan, menambah skill komunikasi dan banyak lainnya.
Hal yang tidak kalah penting dalam memanfaatkan kesempatan menempuh Pendidikan tinggi yaitu kemampuan berfikir kritis.
KEMENKO PMK - Menteri Koordinator bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy mengatakan, mahasiswa saat ini wajib memiliki kemampuan berpikir kritis sebagai bekal untuk membangun sumber daya manusia unggul dan berdaya saing.
"Sebagai mahasiswa, kalian tidak boleh tutup mata terhadap keadaan yang ada. Jika ingin ada perubahan, kalian harus terlibat di dalamnya. Apalagi kalian adalah aktivis," ungkap Muhadjir saat menjadi Keynote Speech pada Stadium General dalam agenda Rakornas II Dewan Perwakilan Mahasiswa PT Muhammadiyah dan Aisyiah se-Indonesia di Auditorium FIP UMJ, Senin (31/10). https://www.kemenkopmk.go.id/mahasiswa-harus-memiliki-skill-berpikir-kritis.
Yang terakhir yaitu gunakan waktu selama menempuh Pendidikan tinggi sebaik mungkin (Manajemen waktu)
Betapa banyak lulusan di Indonesia yang lulus melebihi masa studinya? Bukan berarti lulus melebihi masa studi adalah hal yang salah, akan tetapi ketika kita mampu memanfaatkan masa studi sebaik mungkin dan lulus sesuai waktunya maka akan lebih banyak kesempatan yang bisa lebih cepat diraih. Seperti kesempatan mendapat pekerjaan yang lebih baik, kesempatan membantu lingkungan sekitar, dan kesempatan mengamalkan ilmu yang telah didapat.
Poin pemaparan diatas hanya sebagian tips yang bisa kita gunakan sebagai mahasiswa/I untuk mendapatkan hasil akhir sesuai yang diharapkan. Dengan memperhatikan beberapa poin pemaparan diatas diharapkan kita sebagai mahasiswa/I dapat menjadi agent of change bagi lingkungan sekitar bahkan untuk negara kesatuan Republik Indonesia.