Mungkin orang akan melihatnya cuek, dan cara mengajarnya klasik. Itu bila mereka tak bisa melihat lebih mendalam. Atau sekali dua kali. Padahal beliau sangat hangat dan sangat disukai oleh mungkin hampir semua murid. Bahkan guru favorit bagi kami semua.
Mengajarkan ilmu yang sulit menjadi mudah dipahami murid, tentu saja bukan hal yang sederhana. Ada rumus dan teori tertentu yang digunakan. Beliau pun tau berapa takaran yang dibutuhkan murid, dan mana yang tidak. Maka akan ada saatnya lompat dan saatnya tetap.
Orang mengira bahwa ekspresi dan gestur tubuh itu menjadikan seorang guru menjadi menarik dan favorit. Dua poin itu "bisa jadi". Tapi tak ada dalam cara beliau dalam mengajar. Pun beberapa pemikir islam di youtube yang ketika berceramah tak memiliki ekspresi alias datar saja, namun sangat menarik bagi saya pribadi. Poin-poinnya sangat ditunggu. Di sisi lain, ada orang penuh dengan mimik dan ekspresi, tapi malah membosankan untuk didengar. Bahkan bikin ngantuk.
Bertemu dengan orang hebat adalah hal langka. Sedetik bersama mereka sangatlah penting dan penuh hikmah. Itu bukan karena gelar. Karena banyak orang yang punya gelar serupa, namun isi tak pernah sama. Siapapun orang di atasnya, pasti melihat biasa saja. Namun yang tau kemenarikan beliau adalah muridnya. Dan sekolah bagus itu bukan gedung atau namanya. Tapi gurunya. Itulah yang membuat diri saya tak tertarik dengan nama kampus.
Masa-masa belajar sangatlah menyenangkan dan menambah wawasan. Kian hari lembaran baru di kitab terbuka. Dan semakin banyak lembaran yang terbuka, semakin diri ini merasa bodoh dan sangat kurang ilmu. Bila ada orang yang memuji dan menyanjung, ingatlah itu adalah teguran, "Kamu masih kurang ilmu. Kapan kamu belajar lagi dan menjadi pintar?".
Terima kasih atas ilmu yang disampaikan. Kenangan beberapa tahun ini sangat luar biasa. Semoga di tempat baru nanti lebih baik dari sebelumnya dan bisa lebih menghargaimu, Guruku.
Dari muridmu yang miskin ilmu.