Ujian Nasional (UN) sudah terlalu lama dianggap sebagai tolak ukur utama dalam pendidikan di Indonesia. Setiap tahun, jutaan siswa harus melewati ujian ini untuk menentukan kelulusan mereka dan melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Selama lebih dari sepuluh tahun, UN dianggap sebagai cara yang objektif untuk menilai kemampuan akademik siswa sekaligus menjadi alat evaluasi untuk menilai kualitas pendidikan di sekolah-sekolah. Namun, apakah masih relevan menjadikan ujian ini sebagai satu-satunya ukuran keberhasilan pendidikan kita?, Â Namun, seiring berkembangnya zaman dan dunia pendidikan yang semakin dinamis, keberadaan Ujian Nasional mulai menuai berbagai kontroversi. Banyak yang berpendapat bahwa Ujian Nasional lebih menekankan pada hasil akhir yang bersifat numerik, tanpa memberikan ruang bagi pengembangan kompetensi lain yang lebih holistik, seperti kreativitas, keterampilan sosial, dan karakter. Di sisi lain, ada juga yang menganggap bahwa Ujian Nasional memberikan tekanan mental yang besar bagi siswa, yang sering kali harus berhadapan dengan ekspektasi tinggi dari orang tua, sekolah, bahkan pemerintah. Â Â Di tengah perkembangan kurikulum yang mengarah pada pembelajaran yang lebih berorientasi pada pemahaman dan pengembangan kompetensi, muncul pertanyaan besar: Apakah Ujian Nasional masih relevan dan efektif dalam menilai kualitas pendidikan? Atau apakah sudah waktunya untuk mereformasi sistem ujian ini, bahkan menggantinya dengan metode evaluasi yang lebih sesuai dengan tuntutan zaman?
  Artikel ini bertujuan untuk membahas masa depan Ujian Nasional dalam sistem pendidikan Indonesia. Dengan mempertimbangkan perubahan yang terjadi dalam dunia pendidikan dan tantangan yang dihadapi siswa, kita akan mengeksplorasi apakah Ujian Nasional masih merupakan alat yang tepat untuk menilai prestasi akademik atau justru perlu ada perubahan radikal untuk menciptakan evaluasi yang lebih komprehensif.