Terima kasih pada yang sudah mempopulerkan istilah “narsis”. Berkat istilah itu, kini siapapun bisa jadi model. Jaman sekarang, tak harus mengikuti kursus apalagi sekolah modeling untuk bisa bergaya di depan kamera. Cukup menirukan pose dari sampul majalah – atau kalender dinding – dan kadar percaya diri tingkat tinggi untuk mengunggahnya ke publik lewat sosial media.
Jadi tidak berlebihan rasanya kalau judul diatas merujuk pada populasi kera yang berada di Monkey Forest, Ubud. Sebab wabah narsis agaknya sudah menyentuh penghuni liar terbanyak yang ada di hutan ini. Ini buktinya.
Sebagai penghuni dengan populasi terbanyak di hutan seluas 27 hektar, kera-kera ini memang tak seagresif yang ada di Sangeh atau sejahil yang ada di Pura Uluwatu. Mereka boleh dibilang lebih ‘beradab’ bahkan sama sekali tak terganggu oleh pengunjung yang lalu lalang. Malah tak sedikit dari pengunjung ini berusaha menarik perhatian mereka agar mau mendekat atau didekati untuk diajak berfoto.
Tempat favorit para kera ini berkumpul adalah di Central Point dan pelataran Pura Dalem. Mungkin karena disepanjang jalan diantara keduanya disediakan tempat untuk menyimpan ubi, stok makanan untuk mereka. Bagi pengunjung, mengamati tingkah polah hewan liar ini memberikan kesenangan tersendiri sebab meskipun mereka hidup di alam bebas dan tidak terlatih secara khusus, kera-kera ini sudah terbiasa berinteraksi dengan manusia. Kalaupun ada yang agresif tetap tidak membahayakan karena ada petugas hutan berseragam yang siap sedia jika diperlukan pertolongan.
Beruntung penulis bisa berada cukup dekat untuk mengabadikan pose narsis ala kera di Monkey Forest. Tidak banyak memang. Karena mereka cepat sekali bergerak dari satu tempat melompat ke tempat lain apalagi kalau dilihat ada pengunjung yang baru datang dan membawakan mereka oleh-oleh. Bahkan mereka sudah tidak malu-malu lagi menghampiri pengunjung yang terlihat membawakan buah pisang yang bisa dibeli di pelataran parkir. Meskipun tadi sudah disebutkan lebih ‘beradab’ sangat disarankan mematuhi peringatan yang terpampang di pintu masuk untuk menjaga kemungkinan yang tidak diinginkan. Sedikit tips berguna, jangan lakukan kontak mata langsung. Mereka akan menganggap ini sebagai tantangan dan akan memicu sifat agresif mereka muncul seketika.
Tempat favorit berikutnya sepertinya kolam yang menjadi pembatas antara panggung dan bangku penonton. Sebenarnya belum tampak seperti kolam sungguhan karena panggungnya juga masih dalam proses penyelesaian. Kolam berbentuk setengah lingkaran ini ramai dengan kera-kera yang asyik menceburkan diri untuk melawan udara panas di siang hari.
Sedikit ke selatan dari panggung ini ada jembatan kayu menuju ke hutan pepohonan yang cukup rindang dan teduh. Ada satu bale yang menghadap langsung ke lembah. Anehnya, tak ada satupun kera terlihat disini. Bisa jadi karena tempat ini begitu sepi dari pengunjung yang mana berarti tak ada makanan.