Mohon tunggu...
KOMENTAR
Politik

"3 Hearts 2 Minds" Penyebab Kegamangan Partai Demokrat Menghadapi Pilpres ?

3 Juni 2014   03:10 Diperbarui: 23 Juni 2015   21:47 122 4
Di dalam sistem perpolitikan Indonesia, mengusulkan calon presiden dan wakil presiden adalah hak, bukan kewajiban partai politik, sebagaimana diatur dalam UU No 2/2008 pasal 12. Dalam UU No 42/2008 diberi persyaratan bahwa capres/cawapres diajukan oleh partai atau gabungan partai yang mendapatkan minimum 25% suara dalam pemilihan umum legislatif atau 20% kursi DPR.

Sebuah partai tentu sah-sah saja untuk tidak menggunakan hak tersebut dengan tidak mengajukan calon presiden atau wakil presiden, baik sebagai pengusung tunggal (seandainya suara atau kursinya mencukupi persyaratan) maupun sebagai bagian dari koalisi partai. Dalam Pemilihan Presiden 2014 ini ada sebuah partai yang tidak menggunakan hak tersebut, yaitu Partai Demokrat. Sikap Partai Demokrat dalam Pilpres ini diputuskan dalam Rapimnas pada tanggal 18 Mei 2014, bersamaan dengan hari pertama pendaftaran pasangan capres/cawapres di KPU.

Meskipun sudah mengatakan tidak mendukung salah satu pasangan capres/cawapres yang diusung oleh dua kubu koalisi partai yang mendaftar, Partai Demokrat mempersilahkan kadernya untuk mendukung secara pribadi capres/cawapres manapun.

Yang mengherankan adalah pernyataan-pernyataan beberapa petinggi partai tersebut  yang menegaskan bahwa visi dan misi pasangan Prabowo-Hatta adalah sesuai dengan visi-misi Partai Demokrat. Lebih lanjut lagi, Prabowo dan Hatta  mengatakan mereka akan meneruskan berbagai program SBY  yang mereka anggap berhasil. Namun, Partai Demokrat tidak secara tegas saja menyatakan mendukung pasangan tersebut ? (ref 1, ref 2, ref 3).

Ketidakjelasan arah dukungan Partai Demokrat berimbas pada gerakan-gerakan petinggi partai mengambil arahnya sendiri-sendiri dan bergabung dengan koalisi yang berseberangan. Marzuki Alie (Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat) berlabuh ke Kubu Prabowo-Hatta, sedangkan Suaidy Marasabessy (anggota Dewan Kehormatan Partai Demokrat). Begitu pula dengan para "bintang" konvensi Partai Demokrat mengambil posisi yang berbeda-beda; Dahlan Iskan, Anies Baswedan, Sinyo Sarundajang merapat ke Kubu Jokowi -JK, sementara Ali Masykur Musa dan Pramono Edhie Wibowo menurunkan jangkar di Kubu Prabowo-Hatta.
KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun