Sebentar lagi ajang sepakbola terbesar di dunia, Piala Dunia, akan berakhir. Negara-negara yang tak mampu bersaing telah berguguran. Bola jabulani dan terompet vuvuzela akan menjadi dua benda yang paling diingat di Piala Dunia Afrika Selatan ini. Konon, jabulani menjadi semacam ‘teror’ karena bola jenis ini sulit dikontrol pemain yang berlaga di ajang sepakbola sejagat ini. Dan, vuvuzela diingat tentu dengan suaranya yang bisingatau memekakan telinga bagi yang mendengarnya.
Vuvuzela dicintai dan dibenci. Dicintai, karena itu alat musik tradisional Afrika Selatan yang harus dilestarikan. Dibenci, karena suaranya yang bising. Kapten Prancis, Patrice Evra, bahkan menyinggung suara bising mirip lebah yang dihasilkan dari vuvuzela secara terang-terangan setelah Prancis bermain tak memuaskan saat laga melawan Uruguay dengan hasil imbang 0-0. “Kami tidak bisa tidur pada malam hari karena vuvuzela. Orang mulai meniupkannya sejak jam enam pagi,” ungkapnya. Hasilnya, Prancis yang merupakan runner-up Piala Dunia di Jerman tahun 2006 lalu ini tersingkir dengan sangat memalukan di fase grup A sebagai juru kunci.
Terompet tradisional