Salah satu kisah pilu warga miskin ditengah kebutuhannya akan mengenyam dunia pendidikan demi masa depan yang lebih baik. Ketika sebagian orang sedang menikmati liburan sekolah dan yang lain sedang sibuk menyiapkan tahun ajaran baru, warga miskin justru kebingungan memikirkan cara bisa melanjutkan sekolah. Bahkan, saat ini makin mudah menjumpai warga miskin yang kesulitan untuk menyekolahkan anaknya.
Contohnya di Polewali Mandar, Sulawesi Barat, sejumlah warganya hidup dalam kemiskinan kendati tetap berupaya agar anak-anaknya mendapatkan pendidikan yang layak. Lihat saja Sahawiyah dan enam anaknya yang tinggal di gubuk reot di kawasan hutan Binuang, Polman. Tidak ada lampu dan makan juga tidak selalu tersedia. Di balik semua keterbatasan itu, Sahawiyah mengaku masih bisa bersyukur karena tiga anaknya bisa kembali bersekolah, meski anaknya yang lainnya tak bisa mengecap pendidikan karena tak ada biaya (liputan6.com).
Kenyataannya di negeri ini, warga miskin ga pantas mikir ikut sekolah, ga pantas masuk sekolah. Bukan karena ga pinter, tapi karena ga mampu bayar. Omong kosong undang-undang yang dibuat yang katanya menjamin setiap warga untuk mendapatkan pendidikan. Omong kosong para pejabat yang perduli dengan nasib rakyat kecil. Sebaliknya mereka malah memperkaya diri dan mengkhianati dengan banyaknya bukti korupsi.
Padahal pendidikan adalah hak dan kebutuhan wajib bagi seseorang. Apa jadinya jika akses pendidikan seseorang ditutup. Tanpa sadar negeri ini telah membunuh mereka. Membunuh secara tidak langsung dengan menutup potensi-potensi kecerdasan yang dimiliki warga-warga miskin ini. Akh, siapa pula yang mau memikirkan warga miskin???
Baca isu-isu kritis pendidikan Indonesia lain Selengkapnya......