Perilaku doom spending ini tidak hanya berdampak pada pengeluaran seseorang, tetapi juga dapat mempengaruhi perekonomian secara keseluruhan. Ketika banyak ibu rumah tangga melakukan belanja impulsif, hal ini dapat menciptakan gelembung konsumsi yang berpotensi berbahaya dalam jangka panjang. Sebuah studi oleh Bank Indonesia (2022) menunjukkan bahwa peningkatan konsumsi yang tidak terencana dapat menyebabkan ketidakstabilan ekonomi, terutama jika diikuti oleh penurunan daya beli masyarakat.
Ibu rumah tangga sering kali membagikan pengalaman mereka berbelanja sebagai cara untuk mengatasi stres atau kecemasan. Hal ini dapat menciptakan efek berantai, di mana satu pengalaman positif dapat mendorong orang lain untuk melakukan hal yang sama. Menurut survei yang dilakukan oleh Kementerian Perdagangan (2023), 45% ibu rumah tangga mengaku berbelanja lebih banyak setelah melihat postingan teman atau influencer di media sosial.