Kelompok yang pro feminis, memaksakan pandangan mereka dengan memutarbalikkan pernyataan yang sudah teruji dalam sejarah manusia (kemaskulinan dan kefeminiman), bahwa sifat-sifat demikian tidak ada hubunganya dengan gender, yang justru menjadi beban bagi kaum perempuan sendiri. Kehilangan jati diri bagi kaum wanita adalah hal terburuk yang bisa menggerogoti mental atas paham-paham demikian.
Pada dasarnya wanita mempertanyakan kewanitaannya (peran seperti apa yang harus dilakukannya dengan berbagai tuntutan emansipasi yang justru dihembusakan oleh kaum feminis yang notabene adalah wanita), sedangkan lelaki tetap saja dengan pendirian dan kepribadian serta ciri-ciri yang melekat dalam dirinya sebagai seorang lelaki.
Hal ini pula yang dapat dijadikan asumsi mengapa lelaki dewasa ini merasa hidupnya lebih berbahagia jika dibandingkan dengan wanita yang kerap kali mempertanyakan jati diri ditatanan masyarakat yang pada dasarnya masyarakat sudah memberikan peranan tepat bagi wanita sebagai makhluk feminin.
Maskulin sebagai refleksi sempurna dari lelaki dan feminin dari wanita