Sesaat kutertegun di bawah lampu merah pintu satu Unhas, angka masih menunjukkan 57 pada lampu merah di sudut kiri atas kepalaku. Kuperhatikan sosok tubuh yang berbalut kain sarung lusuh di hadapanku, dengan ikat kepala baju kaos kecil yang di balik menjadi seperti sebuah kerudung,dia menggendong seorang anak bayi mungil sekitar 1 tahun umurnya, dan di tangan kananya ada sebuah gelas plastik besar berisi beberapa uang koin, sesekali di bunyikan sehinga menghasilkan bunyi "klok...klok". cici namanya seorang anak kecil berumur sekitar 13 tahun, saya sangat mengenalnya karena dia adalah salah seorang dari muridku di sekolah alternatif yang kami buat bersama teman-teman mahasiswa lainnya. Komunitas Pecinta Anak Jalanan namanya kami menyingkatnya dengan sebutan KPAJ, bermula dari sebuah keisengan membuat grup di facebook dan akhirnya grup ini bertindak nyata membuat sebuah sekolah-sekolahan di sekitaran kampus UNHAS, di lapangan hijau kami menggelar tikar setiap hari ahad dan sembari bercengkrama kami mengulas sedikit tentang matematika, ternyata si cici sangatlah susah matematikanya, baca tulisnya pun sangat payah, padahal seharusnya anak seusia dia sudah sekolah di bangku SMP kelas 1. tidak sedikit dari anak-anak ini menghadapi hal yang sama, kami berhasil mengumpulkan sampai 50an anak yang senasib dengan si cici.