Kata – kata seperti Gayang Malaysia, bungkus, libas,Malingsia hingga sweping penduduk Malaysia yang saat ini tinggal di Indonesia, hampir tiap hari menjadi topik diberbagai media dan selalu menjadi perbicangan hangat diberbagai lapisan masyarakat diseluruh nusantara.
Sebenarnya peristiwa ini dipicu, saat menjelang peringatan hari ulang tahun Republik Indonesia yang ke 65. Peristiwa ini terjadi saat 3 petugas Dinas Kelautan dan Perikanan Indonesia yang sedang menangkap para nelayan Malaysia diperairan Indonesia, malah akhirnya ditangkap dan ditahan oleh petugas keamanan laut Malaysia.
Peristiwa ini jelas sangat memukul perasaan, harkat dan martabat rakyat Indonesia, yang saat itu tengah memperingati hari ulang tahun kemerdekaannya. Pasang surut hubungan Indonesia – Malaysia sebenarnya sering mengalami masalah, seperti kasus Dwikora, Sipadan – Ligitan, Ambalat, dan seni kebudayaan bangsa yang banyak diklaim milik Malaysia.
Pasang Surut Hubungan Indonesia - Malaysia
Sejarah Dwikora (Konfrontasi Indonesia – Malaysia)
Konfrontasi ini berawal dari keinginan dari negara Malaysia untuk menguasai wilayah Brunei, Singapura, Serawak, dan Sabah yang tidak sesuai dengan perjanjian “Manila Accord”.
Keinginan tersebut akhirnya mendapat tentangan dari Presiden Soekarno (Indonesia), yang menganggap bahwa Malaysia adalah “Boneka Inggris”.
Pada akhirnya, terjadilah demostrasi Anti – Indonesia di Kuala Lumpur, yang berlangsung pada tanggal 17 September 1963. Para demostran menyerbu KBRI, merobek foto presiden Soekarno, hingga membawa lambang negara Garuda Pancasila didepan Perdana Menteri Malaysia, Tunku Abdul Rahman untuk menginjak Lambang negara Garuda Pancasila.
Peristiwa demostrasi Anti – Indonesia di Kuala Lumpur, akhirnya membuat murka Presiden Soekarno dan meplokamirkan “Ganyang Malaysia” :