Nama Imam Bukhari dan Muslim di dunia Islam sudah tidak asing lagi. Yang pertama penyusun kitab hadis bernama Shahih Al-Bukhari, yang kedua penyusun kitab hadis juga bernama Shahih Muslim. Dua kitab hadis besar sepanjang masa yang menginspirasi penulisan kitab hadis setelahnya secara lebih masif dan antusias. Dengan tingkat akurasi dan otentisitas yang tinggi, kedua kitab tersebut dalam hirarki kitab-kitab hadis berada di posisi pertama, dan sejajar. Ada ulama yang menyebut Shahih Al-Bukhari lebih unggul, ada pula yang berpendapat sebaliknya. Nama lengkap Imam Bukhari adalah Muhammad bin Isma’il bin Ibrahim bin Al-Mughirah bin Bardizbah Al-Ju’fi, biasa dipanggil dengan sebutan Abu Abdullah. Ia dilahirkan pada hari Jum’at setelah shalat Jum’at, 13 Syawal 194 H, di Bukhara (Bukarest). Ketika masih kecil, ayahnya, yaitu Isma’il, sudah meninggal sehingga dia pun diasuh sang ibu. Disebutkan, ketika kecil, kedua mata Bukhari buta. Suatu ketika ibunya bermimpi melihat Nabi Ibrahim berkata kepadanya, “Ibu, sesungguhnya Allah telah memulihkan penglihatan putramu karena banyaknya doa yang kamu panjatkan kepada-Nya.” Pagi harinya dia dapati penglihatan anaknya telah sembuh. Sementara nama lengkap Imam Muslim adalah Abul Hasan Muslim bin Hajjaj bin Muslim bin Warad bin Kausyaz Al-Qusyairi An-Naisaburi. Al-Qusyairi di sini merupakan nisbah terhadap nasab (silsilah keturunan), dan An-Naisaburi merupakan nisbah terhadap tempat kelahirannya, yaitu Naisabur, bagian dari Persia yang sekarang menjadi bagian dari negara Rusia. Ibnu Hajar Al-Asqalani, Ibnu Katsir, dan Khazraji mengatakan bahwa Muslim lahir pada tahun 204 H dan wafat pada tahun 261 H. Ada yang berpendapat lahir tahun 206 H. Demikian pendapat Abu Abdullah Al-Hakim An-Naisaburi dan disetujui Imam Nawawi. Tentang sosok Imam Bukhari, Abu Mush’ab Ahmad bin Abu Bakar Az-Zuhri berkomentar, “Muhammad bin Isma’il (Bukhari) lebih fakih dan lebih mengerti hadis dalam pandangan kami daripada Imam Ahmad bin Hanbal.” Salah seorang teman duduknya berkata kepadanya, “Kamu terlalu berlebihan.” Abu Mush’ab justru mengatakan, “Seandainya aku bertemu dengan Malik dan aku pandang wajahnya dengan wajah Muhammad bin Isma’il niscaya aku akan mengatakan: Kedua orang ini setara dalam hal hadis dan fikih.” Ahmad bin Hanbal mengatakan, “Negeri Khurasan belum pernah melahirkan orang yang seperti Muhammad bin Isma’il.” Bundar Muhammad bin Basyar mengatakan, “Dia adalah makhluk Allah yang paling fakih di zaman kami.” Rasyid bin Isma’il menceritakan: Ketika aku berada di Bashrah, aku mendengar kedatangan Muhammad bin Isma’il. Ketika dia datang, Muhammad bin Basyar pun mengatakan, “Hari ini telah datang seorang pemimpin para fukaha.” Imam Muslim bin Hajjaj mengatakan, “Aku bersaksi bahwa di dunia ini tidak ada orang yang seperti dirimu (yaitu seperti Bukhari).” Tentang sosok Imam Muslim, Muhammad bin Basyar, salah satu guru Imam Muslim, mengatakan, “Ada empat orang yang hafalan hadisnya paling hebat di dunia ini: Abu Zur’ah dari Ray, Muslim bin Hajjaj dari Naisabur, Abdullah bin Abdurrahman Ad-Darimi dari Samarkand, dan Muhammad bin Isma’il dari Bukhara.” Ahmad bin Salamah berkata, “Aku melihat Abu Zur’ah dan Abu Hatim Ar-Razi mengutamakan pendapat Muslim dalam mengenali keshahihan hadis dibanding para syaikh lain di masa mereka hidup.” Ishaq bin Manshur Al-Kausaz pernah berkata kepada Imam Muslim, “Kami tidak akan kehilangan kebaikan selama Allah masih menghidupkan anda di kalangan muslimin.” Komentar-komentar para ulama membuktikan intelektualitas Imam Bukhari dan Muslim tidak hanya dalam bidang hadis, tapi juga bidang fikih. Hingga saat ini, Shahih Al-Bukhari, karya Imam Bukhari; dan Shahih Muslim, karya Imam Muslim, menjadi rujukan utama umat Islam dalam mengetahui hadis-hadis Nabi. Ibnu Hajar Al-Asqalani kemudian membuat syarah (penjelas) terhadap hadis-hadis dalam Shahih Al-Bukhari dengan nama Fathul Bari. Demikian juga dengan Imam Nawawi yang membuat kitab syarah untuk Shahih Muslim dengan nama Syarah Shahih Muslim. Inilah dua kitab babon dalam hadis dan dua kitab babon dalam syarah hadis hingga saat ini yang belum ditemukan padanannya. Seluruh ulama Suni dipastikan merujuk ke empat kitab ini. Buku Kitab Shahih Al-Bukhari & Muslim ini merupakan perpaduan atau kombinasi—bisa jadi kolaborasi—dari dua kitab hadis mereka berdua. Satu hadis dalam Shahih Al-Bukhari diikuti dengan hadis yang redaksinya mirip atau sedikit berbeda dari Shahih Muslim. Demikian seterusnya hingga akhir. Dari dua kombinasi ini bisa diketahui ada hadis yang menguatkan dan melengkapi. Dengan tema-tema yang telah dipilih berdasarkan kebutuhan pembaca yang akrab dengan keseharian, buku ini memberi warna yang lebih segar, dan pembaca tidak perlu berlama-lama membaca buku dengan tema yang sama tapi terlalu tebal. Terkadang, ketebalan tidak selalu merupakan kebutuhan. Di era yang serba praktis seperti saat ini, kebutuhan terhadap hal yang praktis tanpa menghilangkan substansi dan urgensi, cukup tinggi. Buku ini tidak ditujukan terbatas hanya pada para peneliti atau pegiat studi hadis di kalangan akademis. Tapi umum bagi masyarakat muslim yang ingin mengetahui secara mendalam hadis-hadis Nabi. Karena kebutuhan terhadap hadis sama besarnya dengan keperluan terhadap Alquran. Dalam banyak hal, Alquran membutuhkan hadis. Alquran tidak selalu bisa dipahami secara tekstual tanpa menyertakan hadis. Seluruh Alquran dapat dipastikan turun dalam situasi yang kemudian terekam dalam hadis. Dalam kenyataan, tidak semua ayat punya apa yang dalam studi Ilmu Alquran disebut dengan Asbabun Nuzul, ini bukan berarti tidak ada hadis yang merekamnya. Bisa jadi periwayat tidak menuliskan atau mengabarkan. Atau bisa jadi karena ketika itu bukan hal urgen untuk dicatat. Poin menarik dari buku ini selain karena ketokohan Imam Bukhari dan Imam Muslim serta kedua karya mereka, juga karena kolaborasi mereka yang terangkai secara konsisten dari awal hingga akhir. Kolaborasi spesial. Satu saja sudah spesial, apalagi dua; double special tentu saja. Ada kesegaran yang akan pembaca rasakan ketika membaca lembar demi lembar buku ini. Orang akan melihat langsung hadis koleksi Imam Al-Bukhari dan Imam Muslim dalam sekali baca. Berbeda dengan buku yang terpisah, meski barangkali kesannya lebih independen dan lengkap. Boleh saja buku ini disebut sebagai ringkasan, tapi bukan sembarang ringkasan. Ini ringkasan yang memberi nuansa baru, karena pembaca disuguhi hadis hasil koleksi Imam Bukhari dan Imam Muslim dalam satu buku. Ini menariknya. Selamat membaca karya besar, duet dari dua tokoh ahli hadis besar sepanjang masa hingga akhir zaman.