Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud Pilihan

Kisah Tokoh Keraton Sumedang Larang Temukan Makam Keramat Batok Cabangbungin

4 Agustus 2023   13:20 Diperbarui: 4 Agustus 2023   13:28 323 1
Mengulas Situs Makam Keramat Batok yang terletak di Desa Jayabakti, Kecamatan Cabangbungin Kabupaten Bekasi menyimpan kisah sejarah dan perjuangan rakyat.

Sekitar 387 tahun yang lalu atau sekitar tahun 1.636 Masehi situs makam Keramat Batok ditemukan. Penemuan pertama ini sebagaimana dikisahkan oleh Pengurus Cagar Budaya Keramat Batok, Marhusen sebagai juru kunci (kuncen) makam, sekaligus sebagai keturunan ke-6, mengisahkan tokoh yang menemukan makam pertama kali bernama Eyang Kiai Gabid Bin Kiai Kabid yang merupakan seorang tokoh dari Kerajaaan Sumedang Larang.

Sebagai seorang tokoh pendakwah di Sumedang, Kiai Gabid memiki basis pesantren untuk tempat menimba ilmu masyarakat pada waktu itu. Sebagai tempat pencerahan rakyat, pesantren ini menarik perhatian warga setempat, bahkan semakin hari, pengikut Kiai Gabid semakin banyak yang ingin belajar agama kepadanya.

Perkumpulan Kiai Gabid bersama muridnya ini menimbulkan kecurigaan pihak penjajah Belanda yang sudah masuk ke nusantara. Belanda memerangi Kiai Gabid dan murid-muridnya karena khawatir membuat perlawanan yang lebih besar.

"Historinya begini, pertama Eyang Kiai Gabid ini kan orang Keraton Kerajaan Sumedang Larang, di sana beliau sambil mengajar agama terus menerus. Karena waktu itu zaman penjajahan Belanda akhirnya perang terus menerus. Banyak korban dari Belanda maupun pihak Kiai Gabid, lama-lama Belanda ini menangkap beliau," jelasnya saat diwawancarai bekasikab.go.id, di Situs Cagar Budaya Makam Keramat Batok, Desa Jayabakti, Cabangbungin, pada Minggu, (31/07/2023).

Usai menangkap Kiai Gabid, lantas Belanda mengasingkan dengan membuangnya ke tengah laut dengan maksud agar seandainya wafat, Kiai Gabid ini tidak ada makamnya dan tidak diketemukan oleh murid-muridnya. Belanda juga menyebarkan fitnah adu domba seolah-olah Kiai Gabid menghilang karena menerima diberikan wilayah kekuasaan oleh penjajah dengan tujuan memecah moral rakyat.

"Belanda ingin menghembuskan fitnah karena dulu banyak orang-orang kita yang berkhianat. Mereka menyebarkan fitnah supaya Kiai Gabid ini dianggap menghilang karena sudah diberikan wilayah," tuturnya.

Ajaibnya setelah dibuang ke tengah laut, Kiai Gabid tidak wafat. Dia hanya terdampar di laut Bekasi bagian utara. Dari sinilah dimulainya babad alas didaerah sekitar makam keramat makam Uyut Batok yang sekarang disebut Keramat Batok.

"Karena dulu masih hutan, beliau masuk ke hutan menemukanlah makam Uyut Batok. Kenapa disebut makam Batok karena di makam lainnya hanya pohon besar, di makan tersebut terang, datarannya rata tidak ditumbuhi rerumputan, seperti ada orang habis duduk-duduk, dan di situ ada wadah Batok (cangkang kelapa) bekas makan dan wadah gelas bumbung untuk minum, maka di sini disebutlah keramat batok karena ada peninggalan itu," jelasnya.

Setelah ditemukan makam, menurut kisah tutur yang beredar, Kiai Gabid memiliki kemampuan berkomunikasi dengan makhluk gaib yang ada di sekitar tempat ini untuk permisi membuka lahan persawahan, pertanian dan perkampungan bersama orang-orang yang dipanggilnya.

"Setelah Jadi dengan restu karomah Uyut Batok, subur Makmur pertanian dan perkebunannya. Kemudian memanggil orang dari daerah luar, untuk bekerjasama membangun perkampungan, setelah panennya bagus di sini dijadikanlah tempat silaturahmi masyarakat beliau pada masa itu," ungkapnya.

Mereka masyarakat dan Kiai Gabid menggelar syukuran atau pesta bumi memanggil hiburan pada masa itu dan memotong hewan kerbau sebagai wujud perbaikan gizi masyarakat.

Tidak kalah penting pertunjukan seni, seperti wayang, ronggeng, gamelan, ikut meramaikan acara ini dengan waktu yang lumayan panjang sekitar 2 minggu.

"Kemudian dilanjutkanlah kepada keturunannya secara turun temurun sampai pada keturunan ke saya ini keturunan ke 6. Dihitung-hitung dari awal sampai sekarang sudah berjalan 387 tahun haulnya," katanya.

Kiai Gabid, lanjutnya, turut aktif dalam pembinaan mental dan fisik masyarakat untuk menjadi tentara rakyat untuk melawan Belanda. Nantinya tentara ini akan dikirim untuk membantu mereka yang berperang di Jakarta, Purwakarta, Karawang dan khususnya Bekasi.

"Agar saling membantu untuk memerangi Belanda, artinya tentara itu kalau habis perang pada istirahat di sini," tegasnya.

Menariknya para tentara ini menghibur dirinya dengan cara main koprok, dan sejenisnya untuk menghilangkan kejenuhan. Akhirnya hal ini masih berlanjut sampai sekarang. Meskipun mungkin kurang baik.

"Ya itu hiburan waktu zaman itu. Beda sama sekarang, nonton tv dan semacamnya, karena waktu itu ilmu agama juga belum signifikan, tidak seperti sekarang anak-anak sudah pada pesantren," tuturnya

Makam Keramat Batok ini sudah menjadi Cagar Budaya sejak 10 tahun yang lalu dan sudah diakui Pemerintah. Makam ini sebelum menjadi Cagar Budaya juga sudah ramai diziarahi oleh masyarakat Bekasi, bahkan peziarah dari Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi dan wilayah lainnya.

"Ziarah untuk minta karomah atau wasilah sohibul makam, berbagai urusan," tuturnya.

Menurut Marhusen, ada pelajaran yang harus diambil generasi muda saat ini dari kisah penemuan makam Keramat Batok. Misalnya dari sisi mengayomi masyarakat yang lemah secara fisik maupun ekonomi.

"Makanya di sini kan diadakan potong kerbau, untuk memberi makan masyarakat yang miskin, santunan anak yatim, selain sebagai bentuk Ibadah, hal ini juga bisa mengikat rasa persatuan antar masyarakat di desa karena saling berbagi," ungkapnya.

Dalam rangka melestarikan tradisi ini, Pengurus Cagar Budaya juga akan terus menggelar pesta bumi untuk masyarakat sekitar, ziarah, dan syiar agama Islam untuk mengedukasi warga dalam hal pemahaman agama.

"Ya harus selalu kita gelar, upacara atau seremonial seperti ini kita gelar. Kita undang para tokoh pemerintahan, tokoh ulama, agar masyarakat bisa belajar dari mereka yang banyak ilmunya," pungkasnya.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun