Manuver Rizal Ramli (RR) yang memulai debut kariernya di Kabinet Kerja Jokowi dengan upaya melakuan otokritik terhadap sejumlah program pemerintah rupanya masih berbuntut panjang. Jk menuntut Jokowi untuk memecat RR, jika tidak ingin 'cerai.' Hal ini tentu masih terkait langsung dengan tantangan frontal RR terhadap bos-nya, Wakil Presiden Yusuf Kalla untuk mengadakan debat terbuka tentang realistis tidaknya target pemerintahan JKW-JK untuk membangun pembangkit listrik sebesarĀ 35.000 megawatt. Pasalnya, JK masih menyimpan amarah dan mengancam cerai dari Jokowi, jika Jokowi tidak memecat RR. Hal ini diungkapkan oleh pengamat politik senior dari Universitas Indonesia (UI), Prof. Tjipta Lesmana. Meskipun pihak istana belum memberikan klarifikasi terkait polemik ini, isu ancaman JK ini pantas untuk dikritisi. Jika omongan Prof Tjipta bisa dipercaya, pertanyaannya: mengapa JK masih ngotot agar RR harus dipecat, padahal terkait polemik ini RR sudah ditegur dan dikatakan bahwa persoalan sudah selesai? Apakah hanya persoalan etik dimana JK merasa tersinggung karena dikritik/ditantang bawahannya sendiri? Persoalannya mungkin tidak sesederhana itu. Sangat boleh jadi ada sesuatu yang lebih esensial dan substatif di balik ancaman JK untuk cerai dari JKW jika RR tidak dipecat. Apakah itu? Inilah yang akan kita telusuri melalui tulisan ini.
KEMBALI KE ARTIKEL