Mohon tunggu...
KOMENTAR
Filsafat

Penulis, Tulisan, Pembaca: Sebuah Dialektika Tanpa Henti

29 April 2013   10:32 Diperbarui: 24 Juni 2015   14:26 280 2
Seperti kata yang sekali terucap tidak bisa ditarik kembali, demikianpun sebuah tulisan. Tulisan sekali terlontar ke publik tidak dapat ditarik kembali. Ibarat kata yang terucap menjadi otonom, tulisan pun demikian. Disebut otonom karena reaksi/dampak/efek dari kata yang terucap sejatinya taktertebak bagi audiens. Dampaknya langsung membekas bagi audiens, meski pengucap (speaker) mencoba menjelaskan maksudnya yang sebenarnya setelah kata-kata itu terlontar. Misalnya, terhadap seorang gadis aku mengucapkan, "kamu cantik deh!" Mendengar kata "cantik", wajahnya langsung merona, bibirnya langsung tersenyum, jantungnya langsung berdebar lebih kencang, batinnya langsung berkata, "pasti dia suka sama aku." Reaksi gadis ini di luar dugaanku. Padahal maksudku memujinya pagi-pagi di hari Senin membosankan ini karena melihat wajahnya kusut, bibirnya cemberut, serta bawaannya marah-marah melulu. Bekas di hati audiens atas kata yang terucap ibarat cap yang sulit dihapus oleh permintaan maaf pihak pelontar kata.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun