Hanya manusialah yang diciptakan dengan tujuan pada dirinya sendiri. Hal ini berbeda dengan tumbuhan, hewan dan benda-benda baik di langit maupun di atas bumi yang dijadikan oleh
logos (Sabda/kata) yang ke luar dari Sang Pencipta. Parade kisah penciptaan memperlihatkan bahwa segala yang ada yang diciptakan sebelum manusia diciptakan dengan tujuan memenuhi kebutuhan manusia, menjadi sumber kehidupan bagi makhluk puncak yang menjadi Mahakarya Sang Maesto, Sang Seniman Agung. Baru setelah semuanya tersedia, manusia, pria dan wanita diciptakan melalui dinamika proses yang berbeda dengan penciptaan sebelumnya. Manusia, lelaki dan perempuan diciptakan pada puncak karya penciptaan sebagai mahkota penciptaan. Sebagai puncak/mahkota, ia adalah makhluk sempurna karena kepadanya dianugerahkan nafas,
nefes, ruah, atau roh,
nur, dan jiwa untuk bersatu secara mempribadi dengan Sang Penciptanya. Nefes, roh, jiwa ini akan meninggalkan tubuh untuk kembali bersatu dengan Sang Penciptanya ketika manusia dinyatakan wafat. Namun kematian bukanlah akhir, karena
nefes, roh, nur, atau jiwa tetap abadi, meskipun tidak semua orang meyakini akan adanya kehidupan setelah kematian.
KEMBALI KE ARTIKEL