Mohon tunggu...
KOMENTAR
Cerpen

"Bawa Aku ke Betlehem"

23 Maret 2011   03:26 Diperbarui: 26 Juni 2015   07:32 198 2

Sesaat kutengok beker yang berdetak lemah di atas meja belajarku. Tepat menunjukan pukul 20.00. Aku terperanjat karena sepuluh menit kulewatkan tanpa secuil goresan yang kutulis pada catatan harianku. Aku terlalu jauh bermain dengan imaji yang tak bertepi. Perlahan kutarik buku harianku. Mataku bertumpu pada tanggal kemarin sebagai sarana bagi pikiranku untuk mengingat tanggal yang baru saja kulewati. Hari ini tanggal 20 Desember. Setengah kaget aku menatap lembaran-lembaran kusam diariku. Ingin mencaci waktu yang bergulir begitu cepat, tetapi hanya bisa kembali pada diriku dan juga kemalasannya untuk meniti dan berpacu dengannya. Natal yang kian mendekat menambah rasa sepiku. Serta merta pikiranku juga ikut terbawapada kenangan Natal setahun yang lalu juga. Lembaran-lembaran sejarah itu kembali kurakit menjadi titik bermakna. Terasa begitu istimewa karena semua rona masih terpatri jelas dalam memoriku. Usahaku untuk mem-flas back semua kenangan itu terhenti dan berakhir pada sebuah nama juga sebuah senyum yang pernah mencuri hatiku. Ada sejuta kisah yang telah kulewati dalam romansa Natal bersamanya.

Sepi kuusir dengan coretan kecil pada kertas usang diriku. Sesekali terlintas dalam imajiku senyum manis yang merekah dari bibirnya. Imaji kembali membawa aku pergi menggapai semua kisah bermakna yang pernah kulewati bersamanya. Seakan Natal yang pernah kulewati bersamanya menjadi begitu abadi dan begitu penting bagi hidupku sehingga memoriku hanya sanggup memunculkan kisah tersebut.

***

Malam Natal yang begitu semarak. Kelap kerlip lampu Natal membuat aku tak kuasa menahan gejolak yang kian memberontak untuk mengekspresikan suasana itu walau misa tengah berlangsung. "Untung kita punya Yesus yang terlahir dalam kandang 2000 tahun yang lalu. Andaikan ia tidak lahir, kesemarakan suasana seperti ini takkan pernah kita alami" pikiran sempitku mulai bekerja membuka percapan singkat dengannya di sela-sela khotbah pastor yang berapi-api. " Ia, k'Dewo terlalu berpikir rumit sih......." Aku melihatnya membasahi rekahan bibirnya sambil memandang ke arah Pastor yang berkotbah. Salam damai menjadi bagian bagiku untuk mengungkapkan kesungguhanku padanya. Secara spontan kujabat erat tangannya dan memberikan sebuah kecupan manis di keningnya.

“De...... Dewo ini bukan bioskop". Gumamnya manja sambil mencubit lenganku. Benar juga aku terjaga dari kesadaranku. Mencoba menetralkan suasana dengan berusaha mengagap bahwa hal itu biasa-biasa saja, karena toh orang yang yang di samping kami berdua tak memberikan reaksi yang negatif terhadap perbuatan kami. "Mungkin mereka berpikir kami mempunyai relasi yang begitu dekat seperti adik dan kakak kali..."aku berpikir dalam hatiku.

Di penghujung missa kudus aku sengaja mengajaknya mendahului umat yang lain sambil mencari jalur aman bagi kamiberdua untuk memaknai malam Natal bersama orang-orang lainnya. Tawa renyah sesekali terdengar dan menghiasi perjalanan kami membuat perjalanan pulang kerumahnya terasa begitu singkat. Kamar tamu rumahnya terasa begitu semarak. Lampu Natal yang tergantung di pucuk-pucuk cemara Natal terasa begitu eksotis; ekspresi sebuah keluarga yang bahagia dengan kelahiranNya.

Kulihat ia berjalan menuju kulkas, menuangkan sebotol coca cola dingin pada dua buah gelas kosong yang tergeletak di hadapannya.

"K' Dewo minum...?? sekedar pengusir dahaga yang kuat menyerangmu biar lehermu terasa dingin agar banyolan yang kau tunjukan di jalan tadi bisa didengar lagi oleh papa, mama, adik dan seluruh keluarga yach....". Ia menyodorkan segelas padaku.

Aku mencoba bersikap serius seolah sedang memikirkan sesuatu. Pembicaraan kuawali dengan mencoba mereka-reka kado yang ia peruntukkan bagiku.

"Pasti kadonya boneka sinterklas, benar khan...? Gurauku sambil menunjuk bungkusan kecil yang tergeletak di bawah pohon Natal.

" Salah....coba tebak lagi" Ia mengelak dan membuatku semakin penasaran.

Kudekati pohon Natal sambil beradu cepat dengannya, ternyata aku lebih cepat meraih bungkusan itu. Ia begitu manja karena aku membuka bungkusannya. Bagaikan seorang anak kecil yang merengek minta permen pada ibunya. Akhirnya ia mengalah. Bingkisan itu ternya berisi sebuah foto dirinya dengan sepenggal catatan kecil yang tertera pada bagian kiri bawah:

"NATALKU TERASA BEGITU INDAH KARENA KAU SELALU ADA DI SAMPINGKU."

LOVE YOU

-NAGITA.-

***

Aku terjaga dari lamunanku ketika kumenoleh ke arah weker yang berdetak. Waktu ku tinggal lima menit lagi.Serpihan coretan itu menjadikan titik puitis untuk mengggantikan kehadiran dirinya dalam suasana Natal di kota dingin ini.

Sepi kukemas

Ketika kamar sepiku menjadi semakin senyap

Oleh dentang lonceng gereja yang meraung

Juga lagu dan pohan Natal yang mulai semarak

Terlintas secuil kisah juga kasih

Karena Natal-ku dan Natal-mu pernah bersatu

Titik-titik puitis ini berubah menjadi harapan, khayalan, kepedihan juga kebencian yang kian menggunung dan kini tercampur menjadi satu. Semuanya seakan tersesak di dadaku. Kulampiaskannya dengan meremas dan merobek kartu Natal besar yang terpampang di atas meja belajarku kirimannya beberapa hari yang lalu.

" kenapa kau tidak hadir menemaniku lagi, kenapa kau samakan senyummu dengan benda mati ini. Pergi kau bersama keegoisanmu. Aku tak butuh kau lagi.." umpatku dalam hati sembari menahan perih sambil membalikkan badan ke arah pintu. Ekor mataku menyabet singel hitam juga jubah yang begitu anggun. Aku pun sadar akan keberadaanku. Jubah putih yang tergantung di dinding kamarku membuat aku terpaku. Putih dan sucinya merasuk hingga ke lubuk hatiku yang terdalam. Mengusir aneka dilema, kesepian juga fantasi konyolku. Kucoba memusatkan perhatian dalam lima menit waktu yang tersisa. Jantung ku yang berdebar menambah rasa takutku -yang terasa begitu bodoh karena ulahku sendiri- terang cahaya lampu kugantikan dengan cahaya lilin yang temaram. Dengan dada yang terasa lega dan rasa takut yang berkurang kuremas erat jumbai putihku sambil berujar: "Aku milikMu semata-mata. Tolong bawa aku ke Betlehem sebab hanya denganMU aku bahagia."

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun