Pendidikan Pancasila tidak hanya tentang pemahaman teoritis mengenai dasar negara, tetapi juga tentang bagaimana siswa menerapkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, program pendidikan anti-perundungan yang terintegrasi dengan prinsip-prinsip Pancasila sangat penting untuk menciptakan iklim sekolah yang kondusif bagi perkembangan positif setiap individu.
Seperti contohnya dalam kasus perundungan yang di lakukan oleh siswa SD di Gunungkidul.Menurut berita yang dilansir dari detik.com seorang bocah sekolah dasar (SD) di Kabupaten Gunungkidul mengalami pembengkakan di otak setelah dipukul temannya di bagian kepala. Kejadian tersebut akhirnya dilaporkan ke polisi.Terkait dengan laporan tersebut, polisi melakukan gelar perkara atas kasus pemukulan itu di Mapolres Gunungkidul.
Kasus perundungan adalah seruan keras untuk mengevaluasi kembali sistem pendidikan kita. Pendidikan Pancasila bukan hanya nilai tambah tetapi merupakan fondasi utama bagi pembentukan generasi yang mampu menghadapi berbagai tantangan dengan penuh martabat dan etika. Melalui pendidikan Pancasila yang efektif, kita dapat membangun masa depan pendidikan yang lebih aman, adil, dan santun, di mana setiap siswa dapat tumbuh dan berkembang secara positif.
Selain itu, perlu dilibatkan peran aktif orang tua dalam mendukung pendidikan Pancasila di rumah. Pendidikan moral tidak hanya tanggung jawab sekolah tetapi juga merupakan kerjasama antara pendidikan di sekolah dan di keluarga. Dengan demikian, kita dapat menciptakan sinergi yang kuat untuk membentuk karakter yang tangguh dan bertanggung jawab.
Sehingga dapat disimpulkan kita dapat membentuk generasi penerus yang bukan hanya cerdas secara akademis, tetapi juga bermoral, peduli terhadap sesama, dan mampu menghadapi tantangan kehidupan dengan sikap yang positif. Pendidikan Pancasila menjadi kunci untuk menciptakan masa depan pendidikan yang lebih baik, di mana nilai-nilai kemanusiaan dan keadilan menjadi landasan utama dalam membentuk karakter anak-anak bangsa.