Kemarin saya tak sengaja melihat foto dan video Puan Maharani sedang menanam padi di sawah. Puan yang anak mama, mau masuk ke sawah yang kotor dan berlumpur. Tapi demi kesan merakyat, ya apa boleh buat?
Mungkin bagi sebagian orang, aksi Puan ini terkihat luar biasa. Hebat ya, Puan sangat merakyat dan sederhana. Tapi bagi para petani, aksi Puan ini sungguh tak bermakna.
Saya anak petani. Tinggal di desa dengan mayoritas penduduk berprofesi sebagai petani. Saya tahu betul, bagaimana keseharian para petani.
Melihat aksi Puan kemarin, saya jadi terpingkal. Apa yang dipertontonkan Puan, jauh dari apa yang biasa saya lihat di desa. Aksi Puan kemarin menurut saya sangat-sangat hiperbola. Ia tak sadar, dengan bangga mempertontonkan kebodohannya.
Setidaknya ada lima kesalahan dari pencitraan Puan.
1. Tak ada petani menanam padi saat hujan
Setahu saya, tidak pernah ada petani yang menanam padi saat cuaca sedang hujan. Biasanya, ibu-ibu petani menghentikan aksi tanam padi meereka dan berteduh di gubuk-gubuk sambil makan. Tak jarang, mereka ngobrol sana-sini sambil ngrasani tetangga. Lalu saat hujan reda, mereka kembali nyemplung ke sawah dan melanjutkan pekerjaannya.
Tapi kemarin jadi hal yang luar biasa. Para petani di Sleman, mendampingi Puan menanam padi meski sedang hujan. Bahkan mantan Menteri Kelautan dan Perikanan, Susi Pudjiastuti juga merasakan keresahan yang sama dengan saya. Katanya, biasanya petani tanam padi tidak hujan-hujanan. Nah lhooo...
2. Ke sawah pakai sepatu boots
Nggak pernah ada petani tanam padi pakai sepatu boots. Mereka menyatu dengan alam, karena mereka tahu alam tak suka dengan kemewahan.
Tapi Puan kemarin terlihat masuk ke sawah dengan memakai sepatu boots hitam. Aneh memang. Dari situ saja sudah kelihatan. Sebenarnya ia tak sudi kotor-kotoran. Ia khawatir, kaki mulusnya kena noda lumpur yang menjijikkan. Nanti, kakinya jadi gatal-gatal tak karuan.
Kalau dia memang berniat dekat dengan masyarakat, ya harus total. Akan beda rasanya, kalau kemarin ia masuk ke sawah tanpa alas kaki. Orang pasti juga mengapresiasi.
3. Petani pakai jas hujan
Lucu sekali melihat para petani yang mendampingi Puan saat menanam padi itu. Mereka kompak memakai jas hujan. Dicari di manapun di Indonesia ini, tak pernah ada petani yang menamam padi pakai jas hujan.
Ya karena memang tak ada petani yang bekerja hujan-hujanan. Kalaupun ada, mereka pasti tak mengenakan jas hujan. Mereka rela, badannya basah demi mencari makan.
Kasihan para petani kita di Sleman. Mereka terpaksa bermain opera demi suksesnya pencitraan Puan.
4. Pakaian Puan terlalu mewah
Coba lihat penampilan Puan. Saat nyemplung ke sawah, ia mengenakan pakaian mewah. Celana dan jaket hitam bermerk Adidas menempel di badan. Harganya pasti jutaan.
Bandingkan dengan pakaian para petani yang mendampinginya. Semua sederhana. Terlihat sekali kesenjangan antara mereka.
Ya wajar, dia kan bukan petani. Dia Ketua DPR yang sedang kunjungan kerja. Lagi pula dia orang kaya. Mana ada pakaian sederhana di lemarinya.
5. Puan perlu belajar pencitraan 4.0
Seperti yang saya katakan, politik itu memang penuh pencitraan. Tapi kalau pencitraannya seperti Puan. Ya memalukan.
Biasanya saya selalu berseberangan dengan Fadli Zon. Tapi untuk kasus Puan ini, saya kok sepakat dengan omongannya. Kata Fadli Zon, Puan belum belajar pencitraan 4.0.
Puan mungkin tak tahu, zaman sudah maju. Teknologi pertanian sudah banyak ditemu. Sekarang orang tanam padi tidak harus becek-becekan. Cukup pakai mesin penanam padi atau Rice Transplanter. Beres urusan.
Ya wajar kalau Puan nggak tahu. Dia kan memang termasuk politisi jadul. Wong kampanye saja masih pakai baliho kok. Hahahaha....piiiss!