Kasus skandal Bank Century identik dengan Boediono. Dan, petaka Century yang merugikan uang rakyat senilai 6,7 triliun itu, tetap menempatkan Boediono sebagai penanggungjawab utama. Jelas, karena ihwal kejahatan ini terkait dengan posisinya selaku pemangku otoritas Bank Indonesia.
Seperti yang kita ketahui, Century telah memicu kemarahan publik yang sampai saat ini belum bisa dianggap reda. Mungkin, kasus ini oleh penguasa dapat digiring ke wilayah penyelesaian di luar jalur hukum, kompromi. Namun, model penyelesaian itu tidak akan berjalan mulus. Kecuali, eksistensi dan kewibawaan hukum di negeri sudah tidak berfungsi lagi.
Bicara tentang Boediono tidak akan lepas dari ingatan rakyat terhadap kasus Century. Pencitraan ini sangat nyata dan merasuk ke pikiran dan hati rakyat. Terbentuknya image buruk ini juga tidak lepas dari sumbangan pemberitaan media massa. Di mana, Kompas adalah salah satu media yang gencar dan ikut mendorong penuntasan masalah tersebut.
Namun, publik akhir-akhir ini prihatin, lantaran secara perlahan, kasus Century mulai redup dan seolah haram untuk diberitakan media massa. Pergeseran sikap pers yang cenderung melunak kepada masalah Century, secara tidak langsung membuat ruang publik kita menjadi tidak sehat.
Bukan hanya itu, dampak dari hilangnya sense of crisis media massa, juga dapat berakibat pada distorsi penegakan hukum di negeri ini. Di mana, hal itu akan melemahkan partisipasi rakyat dalam upaya pemberantasan korupsi. Di sini, pers semestinya lebih berhati-hati untuk memposisikan diri dalam bertingkah laku di depan mata rakyat banyak.
Lepas dari kontraversi kasus Century, pagi ini saya sedikit terusik dengan pemberitaan media online seputar pertemuan Boediono dan pendiri Kompas Gramedia dan Universitas Multimedia Nusantara, Jakob Oetama. (baca)
Agenda pertemuan itu tidak ada kaitannya dengan kasus Century. Namun perjumpaan kedua tokoh tersebut, tidak berlebihan jika dicurigai publik sebagai bentuk silaturahmi yang dapat menyeret Kompas melunak dan tidak kritis untuk memperjuangkan penuntasan kasus Century.
Secara pribadi, saya menilai, tanpa ataupun pujian dari Boediono kepada prestasi Jacob Oetama, tetap saja kekaguman publik tidak berubah untuk memberi apresiasi kepada keberhasilan bos Kompas tersebut. Singkatnya, selamat buat kejayaan pak Jacob Oetama, semoga Kompas tetap kritis dan berpihak kepada hajat hidup rakyat. Semoga…
Salam, Faizal Assegaf
Jkt, 16 Juli 2010