Mohon tunggu...
KOMENTAR
Ruang Kelas

Penjelasan Amar dan Nahi Menurut Pandangan Ushul Fiqih

16 Agustus 2024   21:13 Diperbarui: 16 Agustus 2024   21:17 149 0

Definisi Amar

Kata amar memiliki tiga unsur, yaitu :

Yang mengucapkan kata amar ataupun yang menyuruh.

Yang dikenai kata amar atau yang disuruh.

Ucapan yang digunakan dalam suruhan itu.

Ketiga unsur ini menjadikan adannya perbedaan pendapat dikalangan ulama' ushul fiqih, tetapi untuk menyelesaikan persoalan ini, Ibn Subki mengemukakan definisi dari amar yaitu:


Artinnya : Tuntutan untuk berbuat, bukan meninggalkan yang tidak memakai lafadz "tinggalkanlah" atau yang sejenisnya.

Penggunaan kata , mengandung sebuah arti bahwa amar adalah tuntutan untuk berbuat dan tuntutan ini menggunakan kata yang sewazan (setimbang) dengan . Adapun kalimat lainnya mengandung sebuah arti amar boleh dalam bentuk tuntutan untuk meninggalkan sesuatu, tetapi lafadz yang digunakan harus dalam bentuk fi'il amar, contohnya seperti : diamlah, tinggalkanlah, jauhilah, dan lain sebagainnya. Berdasarkan definisi ini, maka amar mencakup dua hal, yaitu: adannya tuntutan untuk berbuat secara aktif (memfokuskan pada pelaku (subjek) dan suatu tindakan yang dilakukan terhadap objek). Dan berbuat dalam arti pasif (memfokuskan pada objek yang menerima perbuatan).[1]

 

Adapun menurut Jumhur ulama Ushul fiqih, definisi amar adalah lafadz yang menunjukkan tuntutan dari atasan kepada bawahannya untuk melakukan suatu pekerjaan. Definisi tersebut tidak hanya ditujukan pada lafadz yang memakai sighat amar, tetapi ditujukan pada semua kalimat yang mengandung perintah, karena kalimat perintah tersebut terkadang menggunakan kalimat majazi (samar). Namun yang paling penting dalam amar ini adalah kalimat tersebut mengandung unsur tuntutan untuk mengerjakan sesuatu.[2]

 

Salah satu contoh amar dalam Al-Qur'an yaitu :


Artinnya: bacalah dengan menyebut nama tuhanmu yang menciptakan. (Q.S. Al-Alaq:1).[3]

Bentuk Amar

   Adapun amar memiliki beberapa bentuk, berikut adalah penjelasannya:

Berbentuk fi'il amar, contoh:

.....

Artinnya: Dirikanlah shalat (Q.S. Al-Baqarah :78).

Fi'il Mudhori' yang terdapat lam amar (huruf lam yang menunjukkan perintah), contoh :


Artinnya: Barangsiapa diantara kamu yang menyaksikan bulan, maka hendaklah ia berpuasa. (Q.S. Al-Baqarah: 185)

Isim fi'il amar, contoh :


Artinnya: Jagalah dirimu, tiadalah orang yang sesat itu akan memberi mudharat kepadamu apabila kamu telah mendapat petunjuk. ( Q.S. Al-Ma'idah : 105).

Masdar pengganti fi'il yang menunjukkan suatu perintah, contoh:


Artinnya:  Apabila kamu bertemu dengan orang-orang kafir (di medan perang) maka pancunglah batang leher mereka. (Q.S.Muhammad:4)[4]

Macam-Macam Amar

Setiap lafaz amar menuntut suatu maksud tertentu. Maksud tersebut dapat diketahui dari sighat lafaz itu sendiri. Berikut ini adalah tuntutan dari kata amar:

Wajib, contoh:


Artinya: Kerjakanlah salat dan tunaikanlah zakat. (Q.S An-Nisa': 77)

Sunah, contoh:


       Artinya: Maka buatlah perjanjian dengan mereka, jika kamu mengetahui ada kebaikan pada mereka. (Q.S An-Nur: 33)

Bersifat mendidik, contoh:


  Artinya: ...... dan saksikanlah oleh dua orang saksi. (Q.S Al-Baqarah: 282)

 Dalam surat al-Baqarah: 282 ini, menjelaskan tentang apa yang sebaiknya dilakukan seseorang setelah berlangsung utang-piutang. Allah Subhanahu Wa ta'ala, dalam surah ini mendidik umat muslim agar mendatangkan dua saksi pada saat berlangsung transaksi utang -piutang untuk kebaikan mereka.

Boleh, contoh:


Artinya: Makan dan minumlah dari rizki Allah. (Q.S Al-Baqarah: 60)

Menakut-nakuti, contoh:


     Artinya: Bersenang-senanglah kamu, karena sesungguhnya tempat kembalimu adalah neraka. (QS Ibrahim: 30)

Keinginan, contoh:


Artinya: Makanlah apa-apa yang diberikan Allah kepadamu. (Q.S Al-An'am: 142)

Memuliakan yang disuruh, contoh:


Artinya: Masuklah kepadanya dengan selamat dan aman.  (Q.S Al-Hijr: 46)

Menghinakan, contoh:


 Artinya: Jadilah kalian, kera yang hina. (Q.S Al-Baqarah: 65)

Menyatakan ketidakmampuan seseorang, contoh:


Artinya: Jika kalian meragukan apa yang diturunkan kepada hamba kami, maka datangkanlah satu surat yang menyamainya. (Q.S Al-Baqarah: 23)

Mengejek dalam sikap merendahkan, contoh:


        Artinya: Rasakanlah, sesungguhnya kamu orang yang perkasa lagi mulia. (Q.S Ad-Dukhan: 49)

Menyamakan, contoh:


      Artinya: Baik kamu bersabar atau tidak, sama saja bagimu. (Q.S At-Thur: 52)

Do'a, contoh:


       Artinya: Ya Allah ampunilah aku dan kedua orang tuaku. (Q.S Ibrahim: 41)

Mengangankan suatu yang tidak akan terjadi, contohnya dalam syi'ir Arab:


      Artinya: Wahai malam yang panjang kenapa kau tidak segera berganti dengan subuh, sekalipun subuh itu tidak akan lebih baik darimu.

Menganggap ringan terhadap yang disuruh, contoh:


     Artinya: Jatuhkanlah apa yang hendak kamu jatuhkan. (Q.S As-Syu'ara: 43)

Penciptaan, contoh:


      Artinya: Apabila Allah menghendaki sesuatu, maka hanya berkata kepadanya, "jadilah" maka terjadilah. (Q.S Yasin: 82)

Memberi pilihan, contohnya sabda Nabi:


    Artinya: Bila kamu tidak malu, perbuatlah sekehendak hatimu.[5]

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun